15 Rute Walking Tour di Jakarta, Kemana Saja?
Walking tour di kota besar, seperti Jakarta bisa jadi alternatif liburan di dalam kota. Menyusuri pasar untuk kuliner atau jalan kaki melintasi taman atau menyusuri tepi jalan yang ternyata melewati bangunan bersejarah. Untuk sebagian besar orang Jakarta terdengar aneh dan agak membingungkan. Untuk sebagian orang, termasuk gue, ini hal yang biasa dilakukan kalau weekend di Jakarta.
Bisa jalan sendiri, bareng teman, atau pakai operator walking tour. Ada beberapa operator dan komunitas walking tour di Jakarta. Ada yang dipatok bayaran di awal, ada juga sistem pay as you wish. Tinggal sesuaikan saja destinasi dan budget kalian. Gue ga akan bahas operatornya, cerita kali ini bakal mengulas secara umum tempat-tempat menarik (yang beberapa cukup mainstream) untuk walking tour di Jakarta. Tujuan utama walking tour gue biasanya untuk culinary trip.
Disclaimer: cerita ini berdasarkan pengalaman pribadi gue dan pengelompokan rute preferensi gue, jadi ketika kalian ke sana belum tentu sama kondisinya 🙂
1. Pantjoran Glodok
Ini tempat paling menarik buat walking tour dan pastinya kulineran. Kalau ditanya berapa kali ke sini? Sering banget dan ga pernah bosan. Area pasar dengan kuliner halal dan non halal, ada deretan manisan, kue tradisional, sampai toko obat. Daftar kuliner Glodok dan rutenya bisa klik di sini. Selain kuliner, bisa juga ke kelenteng coba Tjiam Si, ada beberapa kelenteng di sini, salah satunya Kelenteng Dharma Bakti yang merupakan kelenteng tertua di Batavia. Kalau niat banget bisa jalan kaki ke Candra Naya.
Kenapa dinamakan Pantjoran? Karena dulu di sini ada pancuran air yang bunyinya glodok glodok. Jadilah disebut Pantjoran Glodok. Ini info yang gue dapat ketika ikut walking tour dengan operator. Biasanya kalau jalan sendiri gue fokus dengan jajan. Karena pasar, jadi sebaiknya bawa uang cash kalau ke sini, sebagian bisa transfer / QRIS.
Tips lainnya untuk ke sini, lebih baik naik kendaraan umum karena agak susah parkir dan macet kalau bawa kendaraan pribadi. Gue lebih suka naik Trans Jakarta, turun di Halte Glodok atau naik KRL turun di Stasiun kota, lanjut jalan kaki. Untuk vide Pantjoran Glodok bisa klik di sini.
2. Kawasan Kota Tua
Ga jauh dari Pantjoran Glodok, bisa jalan kaki ke Kota Tua. Identiknya pasti Museum Fatahillah dan Toko Merah. Yap, ada juga Museum Wayang, Museum Mandiri, Museum Bank Indonesia dan Museum Keramik. Menariknya di Museum Keramik ada pottery class, jadwalnya bisa dicek di Instagramnya. Semua museum di sini masuknya menggunakan kartu Jakcard, tutup di hari Senin dan buka sampai pukul 16.00. Kalau ke museum, gue sarankan pakai guide, karena tanpa guide info yang didapat ga terlalu banyak.
Akses ke sini lebih mudah menggunakan transportasi umum, bisa dengan KRL turun di Stasiun Jakarta Kota atau dengan Trans Jakarta turun di Halte Jakarta Kota. Ada tempat parkir di sebelah utara kawasan Kota Tua. Fasilitas di sini sudah rapih gampang untuk cari makan, dari fast food sampai restoran ada semua. Buat yang suka jamu bisa coba Acaraki dan untuk yang suka suasana vintage bisa ke Kafe Batavia atau Rode Winkle di Toko Merah. Gue sendiri lebih suka kulineran di Glodok karena lebih banyak pilihan.
3. Monas
Ikon Jakarta tapi banyak orang Jakarta yang mungkin belum pernah masuk. Gue beberapa kali ke Monas, tapi pertama kali naik ke atas. Pernah juga lari pagi muterin Monas, saran gue jangan terlalu siang, panas banget! Gue lebih suka bawa kendaraan pribadi kalau ke Monas, bisa parkir di Monas atau di Stasiun Gambir, karena kalau naik kereta stasiun terdekat itu di Stasiun Juanda atau Stasiun Gondangdia. Ada opsi juga untuk naik Trans Jakarta, turun di Halte IRTI. Tau ga singkatan IRTI? Ikatan Restoran dan Taman Indonesia. Gue baru tau ketika ikut walking tour bareng JGG.
Yang menarik, walking tour baeng JGG di dalam area Monas itu dapat informasi baru, ternyata ada 5 patung di sana:
- Patung IKADA (Ikatan Pemuda)
- Patung Kartini, ada 3 patung dengan 3 aktivitas yang berbeda. Ini hadiah dari Jepang
- Patung Chairil anwar, ada puisinya
- Patung Diponegoro dan kudanya
- Patung Thamrin, ternyata dulu pernah bernama William waktu sekolah
Selesai walking tour di Monas, ada opsi nyebrang ke Galeri Nasional untuk lihat pameran atau lanjut ke Jl. Sabang untuk jajan. Beberapa rekomendasi kuliner Sabang versi gue: Kopi Ko Acung (nasi telur kecapnya enak!), Claypot Popo, Nasi Gandul Khas Pati, dan Bakmie Roxy (malam).
4. Pasar Baru dan sekitarnya
Ga cuma belanja kain dan sepatu di sini, tapi ada banyak kuliner enak dan tempat menarik. Cakwe Koh Atek legend banget di sini, tapiiii antrinya luar biasa. Cerita lengkap bisa kemana aja di Pasar Baru bisa dibaca di sini. Biasanya ke sini gue naik kereta, turun di Stasiun Juanda lanjut jalan kaki. Kalau bawa mobil agak ribet cari parkirnya, apalagi kalau weekend.
5. Blok D, Mayestik, dan sekitarnya
Walking tour Jakarta Selatan paket lengkap kalau di sini menurut gue dan bisa jalan sendiri. Bisa jalan atau lari pagi muterin taman dan bisa belanja. Biasanya dimulai jalan atau lari pagi di Taman Langsat. Gue suka Taman Langsat karena rindang, ada danau dengan teratai, ada jogging track, dan ada tempat parkir. Video bisa dilihat di sini.
Untuk kuliner, jalan sedikit dari Taman Langsat ada Villo Gelato, tempatnya adem dan gelato ok. Jalan ke arah Gandaria ada Pasar Mayestik, di sini ada Kebab AB yang cukup terkenal. Di sekitar pasar ada beberapa sate ayam yang hits, Burger Blenger, dan Toko Khong Guan. Nyebrang dari Mayestik ada Taman Puring, ga terlalu besar tapi ada taman bermain anak.
6. Ragunan
Walking tour seru ketemu binatang, kalau jalan kaki keliling Ragunan, minimal banget 6KM. Oke banget buat olahraga. Ragunan itu buka mulai jam 7 pagi, tutup setiap hari Senin dan tipsnya jangan ke sini weekend siang karena bakal rame banget. Jadi sepengamatan gue, pengunjung Ragunan pagi di bawah jam 9 adalah orang yang olahraga, ada jogging track di sekitar danau. Di atas jam 9 biasanya adalah orang yang wisata dan kalau weekend banyak banget yang bawa tikar + rantang. Yang menarik di weekend itu banyak penjual pecel dan gorengan, seru sih makan pecel di pinggir sungai.
7. Blok M, Melawai, dan sekitarnya
Walking tour di Blok M buat gue adalah jajan, bisa banget jalan sendiri. Kuliner Blok M banyak banget pilihannya, dari yang resto sampai yang maknanan rumahan. Ada Haka Dimsum yang buka 24 jam jadi bisa untuk sarapan. Untuk makan siang gue suka jalan ke area Blok M Square, ada Kedai Rukun Yakarta (masakan Jawa) dan Warung Bubu (masakan Manado Ambon). Di Kedai Rukun gue suka banget mangut asapnya, sedangkan di Warung Bubu gue rekomen bakwan jagung, cakalang suwir, dan sup ikannya.
Siang di Blok M bisa nonton atau nyalon di Blok M Plaza, berasa balik ke tahun 90an. Mall ini rame lagi sejak terhubung dengan halte MRT. Sore ke malam untuk low budget, bisa coba gulai tikungan (gultik) yang menurut gue rasanya mirip semua atau ke Ayam Bakar Gantari persis di sebelahnya. Kalau budget lebih bisa ke Pot Boy Aru di Row 9.
8. Taman Suropati – Taman Situ Lembang – Taman Menteng
Lokasi 3 taman ini berdekatan dan enak banget buat jogging atau walking tour. Di Taman Suropati kalau weekend banyakan jajanan sekitar kendaraan bisa parkir di sekelilingnya. Ada buku di bagian tengah taman dan banyak kursi panjang. Taman Situ Lembang memilki danau di bagian tengah, jadi rute jalannya adalah dengan mengelilingi danau. Biasanya rute walking tour gue adalah Taman Suropati ke Taman Situ Lembang dan lanjut ke Taman Menteng. Di Taman Menteng ada lapangan olahraga, rumah kaca, dan beberapa kursi di bawah pohon rindang. FYI, semua taman ini ada toilet bersih.
9. Weltevreden
Walking tour di sini seperti belajar sejarah, jadi lebih enak kalau ada guide. Weltevreden itu dulunya kota di selatan Batavia, tempat pemerintahan Daendels. Wilayahnya di sekitar Lapangan Banteng dan Monas. Istanda Daendels sekarang adalah Gedung A.A Maramis. Dua kali gue ikut walking tour rute ini. Pertama dengan JGG menyusuri Gedung Kesenian Jakarta, Gedung Kimia Farma, Gedung AA Maramis, Lapangan Banteng, Istiqlal, Katedral, dan berakhir di Pos Bloc. Kedua dengan Eat Chat Walk, rutenya berkebalikan, tapi masuk ke Gedung AA Maramis.
Sepanjang rute ini, ga ada kuliner yang unik (kalau buat gue). Banyak jajanan kaki lima seperti baso, mie ayam atau kalian bisa jajan di Pos Bloc. Jadi rute ini cocok banget buat yang suka sejarah.
10. Setu Babakan
Rute walking tour dengan muterin setu, berakhir dengan jajan karena sekeliling setu adalah jajanan. Setu Babakan, berasal dari kata “setu” yang artinya danau buatan dan “babakan” yang artinya dadakan atau kampung baru. Jajanan sekeliling setu serupa tapi tak sama, beberapa jajanan khas Betawi diantaranya: kerak telor, soto betawi ketoprak, gado-gado, dodol betawi, dan selendang mayang.
Selain jajanan, yang menarik di sini ada Museum Betawi dan perkampungan Betawi dengan Gigi Balang di depan rumah. Buat yang mau walking tour santai dengan budget murah, Setu Babakan bisa jadi salah satu opsi yang menarik.
11. Sunda Kelapa dan Sisi Timur Batavia
Rute walking tour menantang matahari buat gue, tapi seru karena di utara Jakarta dimana bangunan dan vibes-nya beda banget dari area Jakarta lain. Rute sejarah, tanpa kuliner juga, jadi lebih baik pakai guide. Blusukan ke pemukiman warga dan menyusuri tepi Sungai Ciliwung. Lebih nyaman naik kereta atau Trans Jakarta terus lanjut ojek untuk ikut walking tour rute ini.
Beberapa fun facts dan informasi yang gw dapatkan di 2 rute walking tour bareng JGG:
- Jakarta sudah beberapa kali ganti nama: Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia
- Nama jalan di sekitar rute ini memakai nama ikan: tongkol, kakap, ekor kuning, hiu, paus, kembung, krapu
- Kapal yang ada di Pelabuhan Sunda Kelapa ini rutenya ke Indonesia timur, bawa tekstil dan bahan makanan. Dulunya kapal dari pelabuhan ini bisa lewat kanal sampai Weltevreden (sekarang Lapangan Banteng)
- Ada menara pandang miring dengan nama Menara Syahbandar, tingginya 12 meter dan pada zamannya ini bangunan tertinggi dan di bawahnya ada penjara. Di menara ini ada titik nol KM Jakarta pada zaman Ali Sadikin
- Untuk masuk ke menara, cukup bayar Rp 5.000 dan tiket bisa dipakai juga di Museum Bahari (di luar walking tour)
- Museum Bahari dulunya adalah gudang rempah pada zaman VOC. Koleksi menarik dari museum ini adalah perahu dari Papua, kokoh dan cakep banget!
- Di sekitar museum ada tempat pelelangan ikan, gudang apung, dan Kampung Susun Akuarium
- Karena dekat pelabuhan, maka ada galangan VOC untuk kapal kecil, sedangkan kapal besar galangannya di Pulau Onrust
- Yang menarik di sisi timur Batavia adalah Kastil Batavia dan gudang di Kampung Tongkol yang bentuknya sudah ga utuh lagi. Dulunya digunakan untuk menyimpan porselen, kacang, kaca. Dari 4 gudang, tersisa 1 karena 2 dihancurkan untuk jalan tol dan 1 runtuh
12. Pasar Senen
Rute yang bisa jalan sendiri tanpa operator (langsung ke Pasar Senen) karena tujuan utama walking tour gue buat kulineran. Cobain nasi kapau di daerah Senen yang berderet sepanjang jalan, serupa tapi tak sama. Salah satu yang membedakan nasi kapau dengan nasi padang, penempatan lauknya dimana nasi kapau ditempatkan berundak seperti di foto. Yang gue suka adalah keripik singkongnya, enak! Ada opsi jajan di kue subuh Pasar Senen yang buka dari sore. Atau bisa juga coba Es Krim Baltic, ga jauh dari sebrang deretan nasi kapau ini.
13. Ereveld Menteng Pulo dan Museum Taman Prasasti
Wajib pakai guide untuk walking tour di sini karena tanpa guide, jadi muterin makam saja. Ereveld lokasinya di antara Kokas dan Puri Casblanca, merupakan komplek makam kehormatan Belanda. Makan di sini dibagi ke beberapa blok, seperti blok khusus prajurit, angkatan udara, bagian logistik, anak-anak, dan lainnya. Bentuk nisan dibedakan dari agamanya: Kristen, Muslim, Budha, Yahudi, dan makam massal. Yang dimakamkan di sini adalah korban perang, baik militer maupun warga sipil. Tokoh utamanya adalah H.S. Spoor, pemimpin Agresi Belanda, yang dimakamkan juga di sini. Pemakaman ini dikelola oleh OGS (Oorlogs Graven Stichting). Ada Gereja Simultan dimana ada salib dari kayu bekas rel kereta di Burma. Bisa naik ke menaranya, di bagian atas ada simbol 4 agama di setiap sudutnya.
14. Gondangdia-Cikini
Gue suka rute ini karena aksesnya mudah (kereta atau kendaraan pribadi oke) dan sore itu adem ditambah banyak jajanan. Kalau jalan sendiri (dan sangat memungkinkan), cuma buat jajan aja atau nyangkut WFC di salah satu coffee shop. Pernah sekali ikut walking tour bareng Jakarta Good Guide (JGG) rute Cikini, meeting point di Kantor Pos Cikini yang ternyata buka 24 jam. Sambil jalan jajan salah satu roti tertua di Jakarta, Tan Ek Tjoan, yang terkenal dengan roti gambang dan roti bim bam (roti keset kosong). Video bisa dilihat di sini.
Menyusuri Jl. Cikini Raya, ada Bakoel Koffie yang punya roaster tertua di Jakarta. Ada optik A. Kasoem yang kacamatanya dipakai oleh Bung Hatta. Lewatin TIM yang dulunya kebon binatang, makanya ga jauh dari situ ada Gado-Gado Bonbin. Di TIM ini ada perpus yang dibuka untuk umum, belum sempat cobain kerja atau baca buku di sini.
Gue juga baru tau, ternyata di Hotel Cikini, ada salah satu eskrim tertua di Jakarta, Tjanang. Gue coba varian Malaga, ada potongan kecil kismis. enak! Lanjut jalan lagi, ada sekolah Percik yang dulu pernah ada tragedi Cikini. Ada juga SMP Negeri 1 Jakarta yang dijadikan sebagai standar sekolah nasional. Walking tour berakhir di rumah Ahmad Subarjo, Menteri Luar Negri Indonesia yang pertama. Selesai walking tour lanjut jajan di jajanan tenda sekitar Stasiun Cikini, ada bakso, somay, bubur, dan gorengan pastinya.
15. Tanah Abang
Ini rute paling unik selama gue walking tour dengan JGG. Sebelum tour mulai sebenarnya bisa banget ke Museum Tekstil dulu karena meeting point di sana, dilanjut ke Stasiun Tanah Abang, masuk ke Pasar Tanah Abang (dulu namanya Pasar Sabtu dan hanya menjual tekstil), lewat pemukiman warga, ada Masjid dan Kelenteng, dan berakhir di pasar kambing. Video lengkapnya bisa dilihat di sini.
Ada rute menarik apa lagi walking tour di Jakarta? Nanti akan diupdate di sini.
Bisa juga dengerin podcast Untold Travel Story Pak Jauhari yang sudah lebih dari 250 kali walking tour.