Candra Naya, Rumah Tionghoa di Tengah Novotel Jakarta
Kontributor: Florentina Woro
Bangunan Candra Naya memang tidak terlihat jelas dari luar karena lokasinya di area Novotel Jl. Gadjah Mada, Jakarta. Uniknya, bangunan berupa rumah ini masih mempertahankan bentuk aslinya yang bernuansa Tionghoa. Candra Naya sudah tidak lagi digunakan sebagai tempat tinggal dan saat ini menjadi cagar budaya, buka dari pukul 08.00-17.00 setiap harinya.
Tidak dipungut bayaran sepeser pun untuk masuk ke cagar budaya ini, gratis! Lokasi strategis dan aksesnya juga cukup mudah. Buat kamu yang menggunakan Trans Jakarta bisa turun di Halte Olimo. Dari situ hanya berjalan kaki sekitar 300 meter untuk sampai di Candra Naya. Apa yang menarik di sini? Ada beberapa poin menarik tentang Candra Naya.
Cagar Budaya
Ekspektasi gue di sini akan ada guide yang menjelaskan tentang sejarah Candra Naya, tapi ternyata tidak ada. Sayang sekali, jadi informasi yang didapat sebatas membaca dari beberapa poster di dinding rumah. Kalau cukup beruntung bertemu satpam yang mau menceritakan tentang sejarah Candra Naya.
Awalnya Candra Naya adalah rumah tinggal Mayor Khow Kim An. Beliau adalah pemimpin masyarakat Tionghoa pada zaman Belanda. Rumah ini berubah nama menjadi Candra Naya pada tahun 1800-an. Setelah Mayor Khow Kim An meninggal, rumah ini sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya komunitas Tionghoa, yaitu Asosiasi Xin Ming. Pada masa itu, Candra Naya dilengkapi dengan pusat medis, lapangan olah raga, dan sekolah.
Arsitektur yang Unik
Candra Naya mengingatkan gue dengan Tjong A Fie Mansion di Medan dengan nuansa Tionghoa, warna pintu dan jendela hijau dan kuning. Bangunan tua yang sederhana dan cantik. Itu kesan pertama gue pas sampai di Candra Naya. Suka banget dengan detail ukiran di pintu dan jendelanya. Belum lagi kolam ikan di bagian belakang dan teras dengan lantai marmer, rasanya damai banget di sini. Bukan seperti di tengah kota Jakarta.
Kedai Kopi dan Restoran
Setelah berputar-putar dan memoto beberapa sudut menarik di Candra Naya, tujuan berikutnya adalah jajan. Ada beberapa restoran dan kedai kopi di sana. Gue memilih ngopi di Kopi Oey karena paling rame diantara restoran lainnya. Rasa kopinya sama aja dengan Kopi Oey di tempat lain menurut gue, tapi suasananya memang beda, berasa bukan di Jakarta tahun 2018.
Candra Naya bisa menjadi salah satu alternatifd destinasi wisata di Jakarta. Tidak terlalu ramai dan menawarkan pengalaman menikmati era dan budaya yang berbeda. Tertarik mengunjungi Candra Naya?