TRAVEL STORY

Wisata Cirebon – Kuliner Cirebon dan Batik Trusmi Mega Mendung

Cirebon Jeh! Kalau ditanya apa artinya jeh, ga ada artinya, lebih ke pelengkap kata.

Orang-orang di Cirebon suka menggunakan kata ini.

Ini kedua kalinya gue trip ke Cirebon, tahun lalu ke Cirebon tapi ga sempet eksplor. Weekend ga tau mau kemana di Jakarta, eh pas banget ada teman yang ngajakin ke Cirebon, jadilah jalan ke sana. Soal transport dari Jakarta, kami memilih naik kereta dari Stasiun Gambir dan turun di Stasiun CIrebon, harga tiket sekitar Rop 100.000. Pas di sana pakai online transport dan jalan kaki. Yes, wisata Cirebon dengan walking tour di hari pertama, hari keduanya becak tour.

We are flashpacker.

 

Day 1

Empal Gentong – Batik Mega Mendung- Nasi Jamblang

Motif Mega Mendung khas Cirebon

 

Kereta bergerak meninggalkan Jakarta dan gue tertidur pulas. Pas bangun, pemandangan sudah berubah, dari gedung-gedung bertingkat menjadi sawah. Sudah memasuki area Jawa Barat pastinya dan sejam kemudian sampai di Cirebon. Pengalaman tahun kemarin, gue kembali menginap di Hotel Amaris karena dekat dari stasiun, harga cukup bersahabat, bersih, dan dapat sarapan. Cukup 10 menit berjalan kaki dari stasiun, kita sampai di hotel seharga 300 ribuan. Ga ada pemandangan menarik dari hotel, ga penting sih karena cuma numpang mandi dan tidur aja di sini. Gue sharing cost  dengan travelmate yang dulu ketemu di kapal pas ke TN Komodo, kali ini kita city tour muter Cirebon.

Setelah check-in, pastinya langsung wisata kuliner Cirebon. Destinasi pertama adalah empal gentong, pas jam makan siang. Kita coba di Empal Gentong Apud yang terkenal itu, ga terlalu jauh jaraknya dari Empal Gentong Amarta yang pernah gue coba. Seporsi empal gentong harganya Rp 30.000. Di sini ada jual sate kambing juga. Rasanya oke, agak sulit bedain rasa empal gentong satu dan yang lainnya. Intinya berwarna kuning dan awalnya kuahnya dimasak di gentong makanya dinamakan empal gentong. Kalau kemarin sudah pakai panci. Rasanya cukup oke, dagingnya ada yang empuk ada yang keras, mungkin beda waktu masaknya. Lebih enak lagi ditambah kecap jadi lebih kaya rasa. Oiya, di sini disediakan bubuk cabe, alternatif yang ga suka sambal. Ga ketinggalan kerupuk putih jadi pelengkap empal gentong.

 

Empal Gentong Apud

 

Dari Empal Gentong, kami jalan kaki menuju Sentra Batik Cirebon, yaitu Batik Trusmi, sentra batik. Sekitar 3 KM jalan kaki sore-sore bisa dibilang olah raga. Kami masuk ke beberapa toko batik, serupa tapi tak sama. Ga cuma batik khas Cirebon yaitu motif mega mendung yang dijual di sini, tetapi ada juga batik daerah lain dan kain shibori. Harga kain batik mulai dari Rp 75.000 sampai jutaan rupiah, tergantung pada teknik batik dan jenis kainnya. Yang menarik di toko batik di sini adalah beberapa toko menyediakan cemilan, mulai dari emping, kacang, sampai kerupuk. Ya, kalau suka, bisa sekalian beli juga di sini.

 

Batik Mega Mendung di Trusmi Cirebon

 

Kalau sudah capek, ketemu kasur di hotel, biasanya males keluar lagi. Jadi kami langsung lanjut ke tujuan berikutnya, yaitu Alun-Alun Cirebon. Kami naik angkot dari Djuanda ke alun-alun. Jangan dibayangkan ramai dan terang seperti Simpang Lima di Semarang (bayangan gue awalnya gitu). Ga banyak lampu di alun-alun, jadi agak gelap ya. Lumayan banyak jajanan di sini, ada warung juga yang kaki lima, tukang baso, gorengan, sate, soto, dan lainnya. Karena agak gelap, gue males jajan di sini, makanannya ga kelihatan jelas. Jadi kami langsung putar arah jalan kaki menuju Nasi Jamblang Mang Dul di sebrang Grage.

Lumayan yak jalannya, olah raga malem. Lewatin toko yang antriannya kayak Dufan, ternyata Sultana Cake. OMG! Gue ga kebayang sih apa yang bikin orang mau antri sepanjang itu padahal bukanya masih setengah jam lagi. Cake ini kayak cake artis di kota-kota lain, si Napoleon Medan salah satunya. Oke, gw memutuskan skip tempat ini, kalau malem sudah sepi okelah mampir.

 

Nasi gandul Mang Dul

Setelah 30 menit jalan kaki, akhirnya sampai di Nasi Jamblang Mang Dul. Wisata kuliner Cirebon untuk menutup malam ini. Harga dan rasa di sini lebih oke dari nasi jamblang yang dulu gue pernah makan, soal selera sih ya. Gue kali ini makan pakai kerang, baso goreng, dan baso udang. Ada es duren di depannya dan ternyata kurang oke.

Cirebon hari pertama kami diisi dengan makan dan belanja. Bagaimana hari kedua? Akan ada di cerita Wisata Cirebon 2.

 

Kita berwisata, kita bercerita.