Dari Serbuan Monyet di Puncak Batur Sampai Panen Jeruk
Dari Air Terjun Sumampan gue stay 2 malam di Evitel Ubud, sengaja di Ubud supaya lebih dekat ke Batur paginya. Kenapa Evitel Ubud? Karena harga ok, lokasi strategis, dan ada staff hotel 24 jam (ini penting buat gue). Pengalaman milih penginapan selama pandemi, mending on spot deh jadi bisa cek occupancy dan kondisi kamar.
Perjalanan dari Ubud ke Batur sekitar satu jam. Gue dijemput di Ubud jam 5 WITA dan sampai di Desa Songan sekitar 6.00 WITA. Ada beberapa jalur untuk ke puncak Batur, Hepi (partner jalan gue ke Sumba dan Alor), yang udah bolak-balik muncak Batur, milih jalur Songan ini buat “jalan pagi santai ke puncak”, ga ngejar sunrise.
Ga perlu pakai sepatu trekking dan ga perlu nenda untuk sampai di puncak Batur dengan ketinggian 1717 MDPL. Ga hitung persisnya ada berapa pos dari Desa Songan sampai di puncak, ada sekitar 4 pos sepertinya. Ga ada tulisan pos 1, 2, dan seterusnya, hanya hitung dari gazebo yang dilewati.
Jalur Pendakian
Pendakian dimulai dari perkebunan di dekat rumah penduduk, melewati beberapa homestay. Setelah ketemu pura, jalanan mulai menanjak, masih teduh dan pohonnya rimbun. Makin ke atas makin gersang dan terik, didominasi pohon pinus.
Semakin ke atas, pohon semakin jarang, pemandangannya makin bagus, makin ga sabar sampe di puncak. Beberapa kali papasan dengan runner, yes mereka trail running. Ada motor trail juga yang bawa seplastik besar Pop Mie, jadi bayangan gue di dekat puncak ada warung, bisa jajan dan sarapan. Semangat nanjaknya!
Menuju Puncak
Ada pos terakhir sebelum puncak, tempat istirahat terakhir sebelum jalur lebih curam. Tebing di kiri dan jurang di kanan, Gunung Abang makin kelihatan jelas dengan Danau Batur di depannya, cantik banget! Ga ketemu pendaki lain di atas sini, jadi kami bereempat saja. Belok ke kiri dan sudah semakin dekat ke puncak.
Puncak Batur dan Serbuan Monyet
Lupain Pop Mie, teh hangat, atau gorengan. Ga ada warung yang buka hahaha… Gue lupa ada berapa warung di sana, tapi tutup semua, dan banyak monyet di belakangnya. Awalnya 1 monyet yang mendekat dan masih anteng. Begitu lihat botol teh pucuk di ransel temen gue, si monyet langsung ambil botol itu. Gue insecure, masukin HP, dan kita “berlindung” di teras warung yang tutup itu. Persis di sebelah pura di puncak Batur.
Kami pikir cukup aman di teras warung itu. Masih ada bekal roti yang gue beli dari Ubud, niatnya mau sarapan santai di puncak Batur, ternyata…. Diserbu monyet! Ga tau karena suara plastik dibuka atau wangi roti. Mungkin ada sekitar 20 monyet muncul dari atas warung, depan, samping kiri, kanan, dan belakang. Dikepung! Gue inget film Madagascar haha… Yang kocak, monyet yang belakang muncul dari sela-sela terpal. Roti dilempar dari Made ke gue ke Hepi, balik ke gue dan tiba-tiba monyet nempel di belakang gue. Horor banget! Begitu berasa dihinggapi monyet, gue lempar roti jauh-jauh. Si monyet lepas dari gue dan ngejar roti itu. Thanks God!
Mendadak ga ada tenaga buat turun. Lemes kebanyakan ketawa sampe perut dan pipi sakit. Kalau diinget-inget yang tadi lucu sih, tapi pas kejadian horror banget. Kami turun sedikit agak menjauh dari warung dan rombongan monyet, makan selembar roti yang berhasil gue amankan di tas dan beberapa snack lain. Setelah ada tenaga, kami langsung turun. Udah kebayang Indomie goreng dan es teh manis. Perjalan turun rasanya jauh lebih cepat dengan pemandangan yang super kece, danau ga ketutup awan dan ditemani suara burung. Bagus banget pemandangan pas turun karena cerah.
Pemandian Air Panas
Setelah brunch Indomie goreng dan es the manis di parkiran Desa Songan, kami langsung ke pemandian air panas persis di sebelah Toya Devsaya, Batur Natural Hotspring, nama lokalnya Toya Bungkah. Tiket masuk Rp 50.000 dan dipinjami handuk. Pemandian air panas di sini berupa kolam-kolam yang pemandangannya langsung ke Danau Batur. Dengan ada beberapa pancurannya, ini enak banget, berendam di bawah pancurannya langsung, berasa pijat punggung. Kamar mandi dan loker di sini ga terlalu ok, kurang terawat. Dengan harga segitu, buat gue cukup oke karena kolamnya bersih.
Montana De Cafe
Udah sampe di Kintamani, nanggung kan sekalian jalan, cobain coffeeshop yang lagi hits dengan pemandangan Gunung Batur. Spot foto anak Instagram dengan dresscode yang wow, agak salah kostum jadinya. Berasa lucu, beberapa jam lalu ada di puncak Batur dan sekarang lihat puncak Batur dari jauh. Makanan di sini standar rasanya, ga sampe yang wow banget, lebih ke pemandangannya yang kece. Di bagian bawah lebih luas daripada bagian atas dan ada bunga sejenis lavender di balkonnya.
Panen Jeruk di Kintamani
Ini the best part after Batur, beli jeruk dan petik sendiri. Cantik banget! Jeruknya banyak banget dan sudah kuning, di bawahnya ada hamparan bunga gemitir (marrygold). 1 kg jeruk dihargai Rp 15.000, bebas pilih dan petik langsung dari pohon. Kalau ditanya persisnya namanya apa, ga ada plang nama khusus. Ini sejalur dari arah Kintamani ke Ubud.
Jadi kalau kalian punya waktu seharian di Kintamani, kayak gue kemarin, bisa dipakai estimasi waktu dan itinerary sehari ini. Tinggal sesuaikan aja dengan budget dan selera.