Wisata Jakarta – Ekowisata Mangrove
Kontributor: Nathasi Fadhlin
Dalam rangka hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) yang jatuh pada tanggal 28 November, sahabat IAZ dari Kemangteer akan bercerita tentang menanam bakau di beberapa tempat di Jakarta dan sekitarnya, salah satunya adalah Muara Gembong Bekasi. Yuk lihat bagaimana cerita menanam bakau bersama Kemangteer sambil berwisata di pantai itu. Kita berwisata, kita bercerita
Kapan terakhir kali kamu nanam pohon?
Awal pertama kali saya mengenal Mangrove pada tahun 2011. Saat itusaya ikut menanam Mangrove besar-besaran di area Tol Sedyatmo Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. Saya baru tahu ternyata teknik menanam Mangrove berbeda dengan menanam pohon pada umumnya. Kita harus masuk ke dalam lumpur atau pinggir pantai dan mengikatnya dengan alat penopang bambu yang disebut ajir.
Ketertarikan saya dengan Mangrove kembali membawa saya di Jambore Bahari yang diadakan himpunan pencinta alam di Kampus tahun 2011. Saat itu himpunan pecinta alam kampus saya mengadakan camping ke Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu. Kami menanam ratusan bibit Mangrove di sana. Serunya, kami harus rela basah-basahan karena area penanaman Mangrove berada persis di bibir pantai yang airnya tenang. Bibit Mangrove harus ditanam dengan benar, kami harus menggali pasir agak dalam untuk membuat propagule (bibit Mangrove) berdiri kokoh.
Di acara Jambore itu saya baru tahu kalau ternyata Mangrove bukan nama pohon tapi nama sekumpulan tumbuhan yang terkena pasang surut air laut
Mayarakat lebih awam mengenalnya dengan Bakau yang merupakan salah satu spesies Mangrove Rhizopora mucronata, dan masih banyak lagi spesies Mangrove lainnya. Informasi tersebut saya dapatkan dari Kak Ilham, salah seorang pendiri komunitas Kemangteer Jakarta yang menjadi edukator menanam Mangrove di acara Jambore. Dia lah yang memperkenalkan saya dengan komunitas pelestari Mangrove di DKI Jakarta ini, dan mengenal manfaat Mangrove lebih dalam.
Singkat cerita, setelah pertemuan saya dengan ka Ilham di tahun 2011 membuat rasa penasaran saya dengan Mangrove kian banyak. Sampai pada tahun 2015 saya mengunjungi Pulau Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Saya penasaran dengan Treking Mangrove yang terletak di Desa Kemujan. Menurut referensi yang saya baca, Treking Mangrove di Krimunjawa termasuk dalam Taman Mangrove yang memiliki 45 jenis Mangrove, dua diantaranya merupakan jenis langka.
Ketika saya sampai di sana, benar. Pemandangan hutan Mangrovenya sangat indah, bersih, asri, dan Mangrove di sana tumbuh subur. Letaknya yang agak terpencil membuat wisatwan sedikit yang berkunjung, sehingga tempatnya benar-benar bersih dan lestari. Pemandangan dari atas menara pandang juga sangat cantik, tapi sayangnya saat itu saya tidak sempat menanam Mangrove.
Menjadi bagian dari pemuda pelestari Mangrove di KeMANGTEER JAKARTA
Singkat cerita, saat bulan September saya berkesempatan ikut kegiatan Kemangteer Jakarta menanam Mangrove di Pulau Bira Besar, Kepulauan Seribu. Bersama peserta yang lainya kami juga menanam ratusan bibit Mangrove. Teknik penanamannya adlah rumpun berjarak, Mangrove ditanam sevara berkelompok dalam satu lubang. Tujuannya agar dapat lebih kokoh dari terjangan pasang surut air laut.
Informasi inilah yang saya dapatkan dari senior Kemangteer Jakarta, mereka tak pelit ilmu untuk ditanya mengenai peran Mangrove bagi ekosistem pesisir. Saya pun banyak bertanya dan belajar dari mereka. Sampai terpikirkan oleh saya ingin rasanya bisa menjadi pembicara tentang Mangrove seperti mereka yang memahami seluk beluk dunia Mangrove.
Selang beberapa minggu dari kegiatan di pulau seribu, saya dihubungi oleh pengurus Kemangteer Jakarta. Mereka menawarkan saya untuk menjadi bagian dari anggota. Tanpa berpikir panjang saya menerima tawaran itu, dan dari sini lah awal saya menyelami Mangrove lebih dalam. Rasa kecintaan dan keingintahuan saya dengan Mangrove membuat saya banyak belajar dari buku dan video mengenai ekosistem Mangrove. Semua saya pelajari secara otodidak, dan banyak bertanya kepada senior Kemangteer Jakarta mengenai Mangrove. Sampai pada tahun 2017 saya terpilih menjadi ketua Kemangteer Jakarta, mimpi saya untuk menjadi pembicara Mangrove akhirnya terwujud.
Pengalaman menanam Mangrove juga mulai banyak, mulai dari kawasan PIK (Ekowisata, Arboretum, Elang Laut, Galatama), pulau-pulau di Kepulauan Seribu, Hutan Mangrove di Bali, Muara Gembong, Teluk Awur Jepara, dan Pesisir Marunda yang saat ini menjadi hutan konservasi Kemangteer Jakarta bersama Yayasan Mangrove Indonesia
Obrolan di Hutan Mangrove
Sepanjang perjalanan saya menanam Mangrove ada banyak cerita yang didengar dari lahan Mangrove. Sering kali ketika saya menemani peserta yang ingin menanam Mangrove mereka menajdi saling tukar pengalaman. Mendapat kawan baru, ilmu baru dan tentunya mengajarkan arti bekerjasama.
Lumpur yang pekat membuat sulit melangkah, karena itu peserta yang ikut menanam perlu bantuan dari peserta lain, dalam mendistribusikan bibit Mangrove juga perlu kerjasama. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari seni menanam Mangrove. Kami juga mempelajari biota endemik hutan Mangrove, seperti kepiting Ucca yang seringkali bertengger di kepala, ikan-ikan kecil yang melintas di kaki, burung-burung kuntul yang menambah suasana seru ketika menanam.
Atau ketika saya berkunjung ke Muara Gembong, Bekasi. Kami harus berhadapan dengan ketinggian air dan lumpur setinggi dada, namun semangat saya dan teman-teman Kemangteer Jakarta tidak surut dalam menanam Mangrove. Kami juga belajar makanan olahan Mangrove dari sana.
Penduduk Muara Gembong memanfaatkan buah Pidada atau Sonneratia caseolaris menjadi sirup, dodol dan campuran ikan pindang
Ada banyak cerita yang didapat dari Mangrove, ada banyak manfaat yang dapat kita berikan kepada biota laut untuk memulai kehidupannya dari akar mangrove sebagai tempat mencari makan ikan-ikan, tempat pengasuhan, dan tempat pertukaran nutrisi membuat sedimentasi yang menghasilkan daratan baru dan sumber unsur hara. Dan tentunya bermanfaat bagi manusia. Satu pohon Mangrove mampu mencukupi kebutuhan oksigen dua orang. Menjadi benteng pertahanan gelombang air laut, abrasi, tsunami, intrusi air laut, dan berjuta kebaikan lainnya.
Dalam rangka meneladani Hari Menanam Pohon Nasional 28 November 2017, mari berkontribusi dalam aksi menanam Mangrove, mengajak banyak orang untuk menanam Mangrove adalah sutu kebaikan, dan tentunya bukan sekedar menanam, tapi merawatnya hingga tumbuh besar menghasilkan kembali benih-benih untuk kembali ditanam sebagi alur dari rantai kehidupan alam semesta.