Papandayan: 4 Jam Trekking Santai
Ini kelima kalinya gue ke Papandayan, tektok dan bisa dibilang trekking santai. Gimana ga santai, baru sampai di parkiran 9.30. Malam sebelumnya menginap di Kebun Mawar Situhapa dan berangkat setelah sarapan. Cuaca pagi itu cerah, cenderung terik. Target gue adalah sampai di Pondok Salada maksimal jam 12, jadi sebelum jam 3 sore sudah turun lagi sampai di parkiran.
Simaksi Gunung Papandayan
Papandayan merupakan gunung dengan kawah aktif di Garut dengan ketinggian 2.665 MDPL. Jaraknya 30 KM dari kota dan ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dengan mobil. Sepanjang perjalanan menuju disuguhi pemandangan Gunung Cikurai. Setelah melewati Pasar Cisurupan (dikenal dengan Jalur Cisurupan) dan memasuki Jl. Kawah Papandayan, jalan mulai menanjak. 6 KM terakhir sebelum parkiran, jalanan menanjak curam dan berbelok, lebih enak menggunakan mobil manual. Tiket masuk tanpa camping di hari libur Rp30.000/orang dan tiket mobil Rp40.000. Parkiran luas, ada toilet, dan mushola. Sekarang juga sudah ada banyak pilihan cottage di sekitar parkiran.
Jalur Pendakian Gunung Papandayan
Tujuan kali ini hanya sampai Hutan Mati, trip selanjutnya sepertinya akan balik sampai Tegal Alun, danau, dan pastinya ngecamp semalam. Begitu sampai di parkiran, ditawarkan jasa guide, berhubung sudah berkali-kali ke sini, gue memilih trekking tanpa guide. Ada juga juga ojek motor, jadi buat kalian yang malas jalan kaki ke Pondok Saladah bisa naik ojek. Harganya Rp300.000 untuk PP parkiran-Pondok Saladah. Jalur trekking sudah rapih, terbagi jalur motor dan jalur untuk jalan kaki. Ga perlu bawa bekal atau minuman banyak dari bawah karena sepanjang jalur sudah ada warung. Untuk fasilitas kebersihan juga sudah oke banget, sudah ada toilet di beberapa titik pendakian. Gue suka banget trekking di Papandayan karena bersih, sudah ada toilet, ada warung, jalur bersahabat, dan pastinya pemandangannya cantik.
Dari parkiran ke Pondok Saladah kami tempuh dalam waktu 2 jam dengan jalan santai. Kalau jalan cepat bisa 1 jam dan kalau lari sepertinya bisa kurang dari 30 menit. Jarak tempuhnya sekitar 3KM saja dengan medan bebatuan dan tangga batu menanjak, tanjakan dan turunan tanah, dan sungai. Cenderung landai, ada yang curam tapi ada opsi untuk yang jalur normal. Menyenangkan dan rekomen banget trekking di sini. Sebelum Pondok Saladah, kami beristirahat sebentar di Goberhoet camp area, opsi bermalam di Papandayan. Nanggung sebenarnya karena tinggal 10 menit lagi ke Pondok Saladah, jalurnya lewat pepohonan rimbun dan tanahnya cenderung lembek.
Papandayan Cocok untuk Pemula
Yeay, sampai di Pondok Saladah dengan ketinggian 2300an MDPL. Kesan pertama: makin rapih! Tenda di sini berjejer rapih dan bersih, ga ada sampah bertebaran. Camp area terapih yang pernah gue lihat, yaitu di Papandayan. Ada toilet bayar serelanya, ada warung, dan ada penyewaan tenda. Lengkap banget. Pendapat orang pasti beda-beda tentang pengelolaan Papandayan yang seperti ini. Gue merasa terbantu karena sudah rapih, selain itu warga sekitar bisa mengelola dan memanfaatkan potensi wilayah mereka. Ga jajan di sini karena berencana makan siang di kota, jadi bawa bekal banana struddle-nya Pap’s bakery, ini enak!
Sempat hujan sebentar, kami lanjut ke Hutan Mati melewati sedikit edelweiss yang sebagian besar kering bunganya. Walaupun long weekend, Papandayan siang itu ga ramai, jadi sangat menikmati trekking santai ini. Jarang-jarang dapat langit biru di Hutan Mati, beberapa menit sebelum hujan deras. Yap, cuaca di gunung memang ga bisa diprediksi. Jadi disarankan bawa jas hujan, pakai alas kaki yang nyaman dan tidak licin. Dari Hutan Mati terlihat jelas kawah Papandayan dan Kota Garut.
Hutan Mati di Papandayan
Jalur turun dari Hutan Mati ke bawah sudah tangga rapih, jadi ga perlu merosot-merosot lagi kayak pertama kali ke sini. Beruntung sudah ada warung dan toilet di tengah jalur, langsung mampir buat neduh dan makan mie rebus pastinya. Walaupun pakai jas hujan, kami memilih menunggu hujan agak reda supaya tidak terlalu berangin dan dingin. Kalau ditanya mau lagi ga balik Papandayan? Mau dong! Belum bosan. Cerita lainnya bisa dicek di sini.