TRAVEL STORY

Wisata Jogja – Gondola Pulau Timang

Perjalanan di Yogyakarta kali ini kami menyewa Grand Livina dengan driver Pak Tatang, kebetulan si bapak lumayan jago moto. Dan langsung menuju Timang bersama Pak Tatang dengan cuaca yang mendung. Diinfo pula bahwa angin dan ombak di Timang kurang oke dengan cuaca seperti ini. Tetap optimis sesuai tujuan awal ke sini, naik gondola menyebrangi Pulau Timang. Hujan? Hajar! Siapa tau di sana berhenti hujannya.

 

Thanks God, setelah melewati jalan rusak selama sekitar setengah jam, kami sampai di pantai Timang dengan langit biru dan sedikit tetesan air dari langit (baca: gerimis). Gw rasa semua berdoa dalam hati supaya cerah dan Tuhan mengabulkan doa kami. Langit biru cerah tanpa hujan saudara-saudara! Yeay… Mengikuti petunjuk “Pantai Timang” di tempat parkir, kami menaiki bukit. Dari sini sudah terdengar suara ombak. Wohoo!

 

Tawar menawar harga naik gondola. Harga naiknya Rp 200.000 tapi kami tawar jadi Rp 150.000 per orang. Ada beberapa spot foto, dimana kalau kita numpang foto di situ bayar lagi Rp 5.000. Jujur, biasa aja sih spot fotonya, gw coba karena penasaran, mending langsung naik gondolanya. Lihat yang lain duluan naik gondola, deg-degan gw! Masa udah jauh-jauh ke sini ga coba, akhirnya gw naik urutan ketiga. Ada 2 orang turis asing, mereka ragu mau naik, tapi akhirnya nyebrang juga sih..

 

Kebodohan gw adalah ninggalin kamera dan tas gw di pantai karena ngeri kalau anginnya kenceng trus tas gw jatoh ke laut. Padahal sih ya aman-aman aja. Pas naik, gw bingung kaki kanan atau kiri dulu, posisinya hadap depan atau belakang. Karena pengen ada foto dengan muka gw, akhirnya gw membelakangi pulau. Ga ada pelampung atau harness atau pengaman apapun di badan gw. Cukup duduk di gondola kayu dengan pijakan selebar jengkal untuk pantat dan kaki. Kemudian ada tali dikaitkan di depan tempat duduk gw. Sempet mikir sih, seberapa kuat tali ini mengamankan gw kalau gondola ketiup angin. Tapi daripada kebanyakan mikir, oke, gw naik!

 

Perlahan gondola meluncur mundur, jreeng….. kemudian ditahan. Gw berusaha senyum dan kontrol ekspresi muka. Setelah sekitar semenit foto, gw duduk, berdoa, kemudian gw meluncur bebas. Woaaahhhhhh…… Ombak siang itu ga terlalu besar, angin juga cukup bersahabat. Ga sampe semenit, gondolanya berhenti. Perlahan mulai ditarik dan gondola bergoyang. Di sini, doa gw dalem hati lebih kenceng, gw masih mau kuliah di Jogja, berasanya kayak mau terbalik dan jatuh ke karang. Ditariknya manual, ga pake mesin, hanya putaran roda, ditarik dengan 2 orang.

 

Begitu gerakan ombang-ambing kiri kanan berhenti, gw tau, gw sudah mendarat di Pulau Timang. Kebetulan belum ada yang nyebrang lagi, jadi berasa pulau sendiri.

 

Ada spot foto oke di ujung pulau, tapi gw ga sampe ke ujung banget sih. Rule gw kalau jalan: sebagus apapun spot itu tapi kalau bahaya, jangan dicoba. Ukur kemampuan diri dan lihat sikon. Jangan maksa deh, mau liburan loh, bukan mau cari mati. Ini spot yang dimaksud si mas-mas itu oke, berdiri di ujung yang seperti mulut buaya. Gw lebih milih duduk manis di situ.

 

Setelah masing-masing puas foto, diajak turun. Turun kemana? Yah ke karang di bawah lewat tangga bambu. Jadi kita bisa lihat gondola dari bawah dan terasa lebih dekat dengan laut. Hm, mikir sebentar, bahaya ga nih. Oke, aman. Kita turun semua. Hati-hati banget karena tempat pijakannya miring.

 

Hampir 2 jam kami di Pulau Timang, waktunya kembali ke pantai dan makan lobster. Perjuangan belum selesai, karena mobil tidak bisa nanjak di jalanan rusak, jalan kaki lah kami. Have fun! Itu seperti tagline trip kali ini. Mau hujan, panas, jalan kaki, naik gondola, atau kondisi apapun, kami senang.

 

Habis itu, kami ke rumah salah satu bapak nelayan untuk makan lobster. Ga dapet sunset karena gerimis, tapi sebanding dengan lobster yang kami makan. Ini enak banget! Untuk lobster ini, seorang bayar Rp 60.000, gw lupa dapet berapa kilo, tapi yang jeals, kami puas, ga kekurangan makan. Perut kenyang hati senang Hahaha..

 

Kita berwisata, kita bercerita.