Lawu via Cetho 2 Hari 1 Malam
Basecamp Lawu via Cetho Andika Rahayu
Lawu via Cetho sudah jadi bucketlist sejak beberapa tahun lalu. Alasan ke Lawu karena mau lihat sabana dan pilih jalur Cetho karena paling landai, yang artinya akan lama perjalanannya. Berhubung ga punya cuti, untuk menghemat waktu berangkat dari Jakarta hari Jumat malam dan sampai di Cetho hari Sabtu pagi. Perjalanan dari Jakarta menuju Cetho sekitar 9 jam, jadi malam itu tidur di mobil. Kali ini pergi bareng Raras yang bareng ke Gunung Rinjani dan Gunung Agung, Wulan yang bareng ke Gunung Bongkok, dan Gunawan yang bareng ke Merbabu via Suwanting.
Sebelum berangkat, gue koordinasi dengan Pak Sugi (085229029111) dari Basecamp Andika Rahayu untuk penyewaan tenda, peralatan masak, dan porter. Biayanya Rp800.000/porter 2 hari 1 malam dengan beban maksimal 25 kg. Selain membantu membawakan barang, porter membantu pasang dan bongkar tenda, masak, dan menemani muncak. Pendakian 2 tahun terakhir ini selalu pakai porter untuk menghemat tenaga, waktu, dan membantu perekonomian warga lokal. Tenda dan makan porter ditanggung kami yang tanggung.
Basecamp Lawu via Cetho – Pos 1 – Pos 2
Setelah mengisi data, repacking, dan sarapan, kami mulai pendakian sekitar 8.30. Melewati pintu gerbang Candi Cetho, menuju tempat lapor pos pendakian, Simaksi Lawu Rp20.000/orang. Diberikan selembar kertas yang isinya peta dan keterangan setiap pos. Jalur dari basecamp ke Pos 1 dan Pos 2 masih tergolong “ramah”. Melewati Candi Kethek, perkebunan penduduk, ada kebun bunga yang cantik, dan medannya tanah berbatu, belum berdebu. Ada warung juga yang jual gorengan, pisang, dan semangka.
Dari basecamp ke Pos 1 sekitar 1 jam, begitu juga dari Pos 1 ke Pos 2 sekitar 1 jam. Medan Pos 1 ke Pos 2 juga masih tergolong oke, belum panas dan berdebu. Pastinya menanjak tapi ada beberapa bonus (jalur yang datar). Sekitar 10.20 kami sampai di Pos 2 dan snack time, kali ini gue bawa coklat dan jeruk. Di sini ada shelter dan ada tempat berdoa, sepanjang jalur Cetho akan banyak ditemui temui tempat berdoa.
Pos 2 – Pos 3
Be ready! Jalanan mulai berdebu dan makin menanjak. Rasanya kayak jauh banget ke Pos 3 karena makin panas dan mendekati jam makan siang mulai lapar. Kami memutuskan makan siang di Pos 3, sekalian istirahat panjang setelah makan, sekitar 30 menit. Ada toilet dan sumber air bersih di sini, ada warung juga yang jual mie instan. Posisi toilet dan sumber air dekat banget hahaha! Tapi aman, kalau mau isi air ambil dari pancuran atas, sedangkan ember besar di bawah untuk cuci-cuci dan ambil air ke toilet. Toiletnya self service, ambil air sendiri di ember buat dibawa ke toilet, bayarnya Rp3.000.
Pos 3 – Pos 4 – Pos 5
Menurut gue, ini adalah jalur terberat, karena hutan mulai terbuka jadi panas banget, berdebu, dan kenyang abis makan siang jadi males bergerak rasanya. Wajib banget pakai buff atau masker, kacamata dan bag cover. Bisa sih ga pakai itu, tapi siap-siap debu masuk dan menempel. Gue saranin pakai celana panjang dan kaos lengan panjang kalau naik musim kemarau, panasnya luar binasa. Dari Pos 3 berangkat 12.45 dan sampai di Pos 4 sekitar 14.25, kebayang kan 1 jam 40 menit nanjak abis makan hahaha.. Begitu lihat shelter agak bahagia, berarti sampai di Pos 4.
Porter sudah jalan duluan dan diinfo kalau akan nenda di Pos 5, Bulak Peperangan. Supaya ga terlalu sore, hanya istirahat 10 menit dan lanjut nanjak. Ada sinyal Telkomsel di beberapa titik karena hutan makin terbuka. Di sini makin sering istirahat, panas banget dan cepat lelah. Sampai di satu titik yang pohon mulai jarang dan langit biru cerah, dari jauh terlihat bag cover warna orens bergerak di antara pepohonan di atas. Tanjakan curam, it was the hardest part!
Mau ga mau ya mesti nanjak, jalan pelan dan makin sering istirahat karena panas banget hari itu dan sudah terlalu lelah. Begitu lihat ke belakang, wih, Merapi dan Merbabu kelihatan dari jauh! Lumayan nambah semangat sedikit dan ada bonusnya. Setelah tanjakan ini, medan cenderung datar dan hutan mulai rimbun, vegetasinya sudah hutan pinus. Kemudian hutan terbuka lagi dan akhirnya sampai di sabana. Spot ini bagus banget buat lihat sunset, tapi sayangnya Bulak Peperangan dan tenda masih sekitar 500 meter lagi. Akhirnya sekitar 16.40 sampai di tenda, tepat waktu sebelum gelap. Jadi perjalanan naik dari basecamp ke Pos 5 sekitar 8 jam. Bisa nenda juga di Gupak Menjangan, akan sedikit lebih dekat ke puncak.
Camp Area Lawu: Bulak Peperangan
Tenda kami dekat hutan karena tiga alasan. Pertama, ga terlalu berangin supaya ga dingin; kedua, agak jauh dari jalur supaya ga terlalu berdebu; ketiga, besok pagi ga terlalu panas karena masih ketutup pohon. Rame banget Bulak Peperangan malam itu. Oiya di sini ada warung yang jual air di botol air mineral, air dari Pos 3, harganya Rp20.000 untuk 1.5 liter.
Kami beres-beres dan porter siapin pisang goreng untuk snack sore, nah ini enaknya pakai porter. Jadi jam 8 malam sudah selesai makan dan masuk tenda. Makan malam sup baso dan sei sapi di gunung rasanya jauh lebih nikmat dari makan di rumah. Malam itu lumayan dingin, untungnya peralatan tidur lengkap. Kali ini gue bawa matras angin, bantal angin, sleeping bag yang bisa sampai 8 derajat, down jacket, heattech atas bawah, sarung tangan dan dobel kaus kaki. Kelupaan jaket polar, ini berasa banget dinginnya pas mau tidur.
Gupak Menjangan – Pasar Dieng – Puncak Lawu
Berangkat dari camp area sekitar jam 4 pagi dan sampai di puncak jam 7 pagi. Lama ya? Iya, banyak pemandangan bagus dan ada beberapa spot menarik selain sabana. Kami ga dapat sunrise di puncak, tapi di jalan, out of nowhere, tapi bagus banget. Dari gelap, langit mulai pink ungu, berubah jadi orens dan pantulan cahaya matahari di sabana itu jadi warna emas. Ditambah lagi bulan masih kelihatan jelas pagi itu, cakep banget!
Dari Pasar Dieng ke Puncak Hargo Dumilah sekitar 1 jam. Ada bangunan menarik di perjalanan ke puncak, namanya Rumah Botol, cuma ada di Lawu. Jadi Rumah Botol sesuai dengan namanya, terbuat dari kaleng dan botol bekas minuman, unik.
Sekitar 07.00 sampai di puncak, rame banget, jadi kami jalan ke ujung. Dari sini kelihatan 4 gunung lain, Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing. Turun dari puncak, mampir ke warung yang hits di Lawu, Warung Mbok Yem, rame banget. Buat set ekspektasi, pesan teh manis Rp5.000/gelas, nunggunya sekitar 30 menit, dan please be aware of Temon Aditya.
Perjalanan Turun Lawu via Cetho
Dari puncak ke camp area bisa 1 atau 1.5 jam sebenarnya, tapi karena ada beberapa “insiden” jadi 2 jam. Tips pas jalan (atau lari) turun, jangan lihat depan atau kiri kanan terus, kadang perlu lihat ke bawah juga. Jam 11.00 kami mulai jalan dari camp area, istirahat lama di Pos 3 lagi untuk makan siang, isi air dan memanfaatkan toilet. Perjalanan turun pastinya lebih cepat, sampai di basecamp sekitar 16.00. Jadi perjalanan turun dari Pos 5 ke basecamp itu sekitar 5 jam.
Kalau ditanya, mau balik lagi ke Lawu? Mungkin, tapi ga dalam waktu dekat dan mungkin bisa coba jalur selain Cetho :))