Trip Atambua – Melintasi Perbatasan Indonesia di Pulau Timor
Kontributor: Ayu Andira
Saya hampir tiba di Kupang! Melihat keluar jendela pesawat, dan mendapati gradasi warna hijaunya Pulau Timor dan birunya laut Flores. Cukup memukau pengalaman pertama saya di Flobamora (Flores Sumba Timor Alor), kawasan eksotis di Nusa Tenggara Timur.
Tujuan saya yang sebenarnya adalah Atambua, namun saya transit selama 2 jam di Bandara El Tari, Kupang. Penerbangan dari Kupang ke Atambua hanya bisa ditempuh dengan pesawat ATR Wings Airlines, dengan jadwal dua kali penerbangan dalam sehari. Pagi itu cuaca cerah cenderung panas. Cuaca yang baik untuk melanjutkan perjalanan ke Atambua. Saya siap menuju Atambua.
Saya telah tiba di Atambua! Dari bandara saya dijemput oleh Pak John Muti, driver yang direkomendasikan oleh seorang teman. Pak John mengantar saya keliling selama saya di Atambua dan dia juga bercerita tentang daerahnya ini.
Di sini cukup sulit mencari restoran atau hotel yang sesuai dengan keinginan saya disini. Semua hotel yang ada disini adalah hotel kelas melati. Akhirnya saya menginap di Hotel Matahari, salah satu hotel kelas melati di Atambua yang cukup oke. Hotel ini recommended untuk kalian yang akan menginap di Atambua.
Kami berkeliling dengan mobil menyusuri jalan. Pemandangan begitu indah! Berkali-kali berhenti untuk mengambil foto dan seakan pemandangan indah tidak ada habisnya. Sayangnya, di sini pom bensin dan fasilitas umum masih sulit ditemui. Fasilitas umum hanya terdapat di pusat kota, sedangkan jalan yang saya tempuh sudah menuju ke perbatasan, sehingga kami tidak menemukan fasilitas umum satu pun.
3 perbatasan Indonesia dengan Timor Leste
Satu hal yang menarik dari Atambua adalah daerah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste.
Ada 3 terminal perbatasan di Atambua yaitu Perbatasan Wini, Perbatasan Motaain dan Perbatasan Motamasin. Saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi perbatasan Wini dan perbatasan Motaain. Sebenarnya terminal perbatasan ini adalah kantor, namun beberapa orang diijinkan untuk masuk berkeliling di kawasan tersebut mengambil foto disana.
Terminal Perbatasan Wini berada di sisi barat Atambua, diantara kabupaten Wini di Atambua dengan Oecusse di Timor Leste. Yang menarik di sini, walaupun Oecusse berada di sebelah barat dari kabupaten Wini, tetapi waktu yang dipakai di Oecusse adalah 1 jam lebih cepat daripada di kabupaten Wini. Terdapat kantor untuk mengurus visa on arrival di Perbatasan Wini. Sedangkan perbatasan Motaain yang berada di sisi timur Atambua, tepatnya di Kabupaten Atapupu menjadi pintu gerbang jika kalian mau menuju Dili dari Timor Leste.
Apabila kita berasal dari Indonesia dan akan melanjutkan perjalanan ke Timor Leste, maka kita harus mengurus visa di dua terminal perbatasan, yang letaknya bersebelahan. Pertama, mengurus di kantor terminal perbatasan di Indonesia, lalu berikutnya di kantor terminal perbatasan di Timor Leste. Seru ya!
Selain pemandangan alam yang memukau dan pembagian area yang cukup unik, Pulau Timor memiliki corak tenun yang berbeda dengan daerah NTT lainnya. Saya mampir ke pasar tradisional di sana sebelum kepulangan saya ke Jakarta. Banyak pilihan motif dan harga di sini. Untuk selendang dijual dengan harga tidak lebih dari Rp 100.000, sedangkan kain tenun dijual mulai dari Rp 300.000.
Saya menikmati perjalanan ke Atambua ini. Saya cukup senang ditemani menelusuri Atambua dengan Pak Jo, biasa Pak John Muti dipanggil. Beliau adalah orang asli Atambua sehingga mengenal medan jalan yang harus ditempuh dan cukup hati-hati dalam membawa mobil. Selain itu, Pak Jo mengenal banyak tempat wisata dan cerita di Atambua dan beliau juga siap untuk mengantar kita dengan mobilnya keliling Atambua, bahkan sampai ke Timor Leste! Saya mempercayakan perjalanan darat saya dengannya. Jika ingin menggunakan jasa Pak Jo, bisa dilihat pada storyteller IAZ.
Kita berwisata, kita bercerita