TRAVEL STORY

Walking Tour Passer Baroe

​Jalan kaki di Jakarta? Tidak seburuk yang dibayangkan, malah menyenangkan karena menjadi salah satu alternatif menikmati long weekend di Jakarta. Kebetulan lihat postingan Jakarta Good Guide.

Reservasi online untuk 3 orang di hari Sabtu, 29 April 2017, gw, Mbak Silfi teman kantor, dan Dian teman kuliah. Meeting point di stasiun Juanda pukul 9.00 WIB dan kita mulai berjalan pukul 9.30 WIB. Ini pertama kalinya gw coba walking tour dengan Jakarta Good Guide karena no plan untuk long weekend kali ini. Ini foto di Stasiun Juanda oleh Mas Huans, jago moto loh, komposisinya pas. Semua foto group di postingan ini hasil foto Mas Huans dan sudah seijin pemiliknya untuk diposting.

 

Rombongan di Stasiun Juanda (Foto oleh Mas Huans)

 

Juanda-Istiqlal-Katedral

Dari Stasiun Juanda, bergerak menuju Masjid Istiqlal, persis di seberangnya. Lewat jembatan penyebrangan, lumayan buat pemanasan pagi. Langit pagi itu masih biru cerah, jalanan belum macet, dan polusi masih rendah. Melintas aja sih di depan Istiqlal, kemudian ke depan Katedral yang juga numpang lewat aja. Untuk walking tour Passer Baroe ini memang ga masuk ke dua bangunan ini.

 

Gereja Katedral Jakarta Indonesia A-Z

Gereja Katedral Jakarta

 

Sekolah Santa Ursula-Gedung Filateli-Gedung Kesenian

Berasa jadi turis di kota sendiri. Dari Katedral lanjut jalan kaki ke Santa Ursula (Sanur), ga masuk pastinya. Agak lucu juga sih berdiri bergerombol di depan Sanur diliatin anak-anak sekolah. Mas Huans menjelaskan sejarah singkat setiap tempat yang kita datangi.

Dari Sanur, bergerak ke Gedung Filateli. Wohoo! Suka banget lihat koleksi perangkonya. Di sini kita bisa buat perangko dari foto kita sendiri, harganya Rp 35.000 untuk 8 perangko. Kemarin sih mau coba cetak, tapi ternyata cuma bisa di hari kerja.Bergerak belok ke kanan, yaitu ke Gedung Kesenian Jakarta. Gw belum pernah masuk ke gedung ini, masuk halamannya aja baru kali ini. Hahah.. Anaknya kurang nyeni. Foto lagi di depan Gedung Kesenian sebelum ke tujuan utama, yaitu Passer Baroe.

 

Gedung Kesenian Jakarta Indonesia A-Z

Gedung Kesenian Jakarta

 

Yang paling gw inget dan berkesan adalah penjelasan Mas Huans tentang Gunung Sahari. Ketika di jembatan penyebrangan, Mas Huans bilang, “Ke sana itu arah Gunung Sahari. Tau ga kenapa namanya Gunung Sahari?” Nyengir-nyengir aja sih kita semua, ga ada yang tau dan kepanasan. Jadi ceritanya itu, waktu dulu pembantaian orang-orang Cina di tahun (sekian), tempat itu menjadi pembuangan mayat hingga menggunung dalam sehari. Jadilah disebut Gunung Sahari. Seperti itu ceritanya, gw juga baru tau.

 

Passer Baroe

Panasnya super! Meleleh sampe di Passer Baroe yang sekarang namanya Pasar Baru. Mampir beli cemilan dan minuman. Jajan dulu setelah jalan sekian ratus meter. Destinasi pertama adalah Gedung Antara. Dulunya sebagai tempat penyiaran berita. Kami hanya masuk ke ruang pameran foto.

 

Gedung Antara Pasar Baru Indonesia A-Z

Gedung Antara

 

Dari Gedung Antara, kita ke Toko Kompak. Toko tua di kawasan Pasar Baru, tersembunyi di antara toko-toko kain. Dulunya adalah toko kelontong, pemiliknya cukup kaya karena dengan rumah bertingkat yang luas. Saat ini Toko Kompak sudah kosong, siang hari ada yang berjualan pakaian di depan toko. Pengunjung diperbolehkan masuk namun tidak bisa ke lantai atas karena bangunan sudah rapuh.

 

Toko Kompak Pasar Baru Indonesia A-Z

Toko Kompak

 

Sempat mampir ke es tropik. Rasanya biasa saja, keunikannya adalah homemade. Cukup mahal, satu cup ini harganya Rp 30.000. Untuk rasa, tergantung selera sebenarnya. Kalau buat gw, biasa saja, kurang cocok dengan teksturnya.

 

Es tropik Pasar Baru Indonesia A-Z

Es tropik Pasar Baru

 

Dari Toko Kompak, menuju ke toko Lee Ie Seng, toko serba ada yang masih buka sampai sekarang. Di sepanjang jalan ini banyak penjual es potong, murah hanya Rp 5.000. Gw suka tekstur es potong ini, 2 hari kemudian, balik ke sini lagi cuma buat kulineran. Haha..

 

Toko Lee Ie Seng Pasar Baru Indonesia A-Z

Toko Lee Ie Seng Pasar Baru

 

Wihara Sin Tek Bio

Part paling menarik di Jakarta Good Guide walking tour kali ini adalah mengunjuni Wihara Sin Tek Bio. Lokasinya agak terpencil, masuk ke sebuah gang sebelum Metro Atom Plaza. Diyakini didirikan pada tahun 1968. Kenapa diyakini? Karena angka tahun 1968 berdasarkan buku daftar penyumbang pembangunan kelenteng itu yang ditemukan kemudian (Sumber: Buku Riwayat Singkat Sin Tek Bio).

 

Altar di Sin Tek Bio Indonesia A-Z

Altar di Sin Tek Bio

 

Ketika memasuki Wihara ini, yang cukup eye catching adalah pelita-pelita minyak yang dinyalakan sepanjang hari. Setiap pelita minyak memiliki label nama keluarga. Dipercaya bahwa pelita minyak ini membawa berkah, kelancaran usaha, menjaga kesehatan, kemudahan jodoh dan hal baik lainnya.

 

Hasil ramalan Sin Tek Bio Indonesia A-Z

Hasil ramalan

 

Pengunjung di sini juga bisa berdoa dan membuat permohonan. Gw pastinya ga melewatkan kesempatan ini. Ada benda yang harus dikocok kemudian dilemparkan. Bentuknya setengah lingkaran 2 buah, kalau posisi yin yang dipercaya bahwa doa akan dikabulkan Dewa. Thanks God, yin yang! It’s just for having fun. Kemudian gw mengocok batang-batang kayu pipih yang ada nomornya. Batang kayu yang keluar dari tempatnya menunjukkan nomor yang harus diambil. The lucky number 15! Seperti foto di atas -semua yang baik dipercayai saja- katanya sih musim semi pekerjaan gw akan segera tiba. AMIN.

Setelah selesai dari Wihara, kami menuju ke destinasi terakhir, yaitu Gereja Pniel, yang disebut Gereja Ayam. Mas Huan menjelaskan tentang Gereja Ayam di luar pagar karena memang walking tour tidak masuk ke Gereja ini.

 

Gereja Ayam Pasar Baru Indonesia A-Z

Gereja Ayam Pasar Baru

 

It’s such a good walking tour with Jakarta Good Guide. Thanks a lot, Mas Huans!

 

Kita berwisata, kita bercerita.