Wisata dan Kuliner Cirebon – Gua Sunyaragi, Keraton Kasepuhan – Nasi Lengko
Setelah hari pertama jajan empal gentong, nasi jamblang dan belanja batik Trusmi Cirebon, maka di hari kedua, kamimenghabiskan waktu ke tempat bersejarah di Cirebon, yaitu Gua Sunyaragi dan Keraton Kasepuhan Cirebon. Trip hari ini judulnya becak tour karena dari hotel sampai sore kami naik becak. Kami membayar Rp 75.000 untuk becak hari itu.
Day 2
Gua Sunyaragi – Keraton Kasepuhan – Nasi Lengko – Baraja Coffee
Kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam di Gua Sunyaragi, ditemani seorang guide. Menyenangkan berkeliling Kompleks Gua Sunyaragi karena ada cerita yang berbeda di setiap bagiannya. Kompleks ini terdiri dari 12 bagian, diantaranya Bangsal Jinem, Gua Pawon, Gua Peteng, Gua Padang Ati, Gua Kelanggenan dan lainnya yang semuanya terhubung. Setiap bagian memiliki fungsi yang berbeda, seperti Gua Pawon yang dulunya berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan, Gua Padang Ati sebagai tempat bersemedi, dan Gua Peteng sebagai tempat bersemedi. Dulunya kompleks ini adalah tempat peristirahatan keluarga Keraton, seperti Taman Sari di Yogyakarta. Guide kami menceritakan tentang sejarah Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien.
Keunikan Gua Sunyaragi terletak pada arsitekturnya. Perpaduan budaya antara Timur Tengah, Cina, dan Eropa. Porselen dan keramik bisa ditemui di beberapa tempat di gua ini. Selain itu, dinding gua terbuat dari batu karang. Harus berhati-hati karena batu karang cukup tajam dan di beberapa lorong kita harus merunduk dan cukup sempit. Filosofinya adalah manusia diingatkan untuk selalu rendah hati dan berhati-hati.
Bagian menarik di Gua Sunyaragi menurut gue adalah lorong Mekah dan lorong Cina. Konon katanya lorong ini bisa sampai di kedua tempat itu, namun sekarang sudah ditutup. Kalau dilihat secara kasat mata memang terlihat buntu dan gue cuma berani berdiri sampai di depan lorong. Di atas lorong ada tangga menuju atas dan kita bisa naik ke atas bangunan ini. Harus berhati-hati karena ada sebagian sisi bangunan yang sudah miring.
Tiket masuk ke Gua Sunyaragi seharga Rp 10.000 dan guide Rp 50.000. Lebih baik memakai jasa guide karena tanpa guide kita cuma benar-benar melihat tapi ga tau apa sejarah yang ada di sini. Oiya kalau kalian datang ke sini pakai celana pendek, nanti akan dipinjami kain batik. Semakin siang, semakin terik di sini, kami menuju destinasi berikutnya, yaitu Keraton Kasepuhan.
Keraton Kasepuhan
Ada 3 keraton di Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Keraton Kanoman adalah pecahan dari Keraton Kasepuhan dan Keraton Kacirebonan adalah pecahan dari Keraton Kanoman. Letaknya tidak berjauhan, namun karena keterbatasan waktu, kami hanya mengunjungi Keraton Kasepuhan. Di Keraton Kasepuhan, kami juga memilih menggunakan jasa guide.
Yang menarik dari keraton dan di Cirebon adalah tempelan porselen dari Cina dan Belanda di dindingnya, seperti di Gua Sunyaragi. Begitu memasuki area keraton, kami melewati Siti Hinggil yaitu bangunan paling depan. Bangunan di sini memiliki 6 tiang. Menurut informasi dari guide, 6 tiang ini melambangkan rukun iman. Kemudian kami memasuki area Keraton, ada beberapa museum di sini, di antaranya Museum Benda Kuno Keraton dan Museum Kereta Barong. Sangat disayangkan, banyak yang orang yang meminta-minta di dalam area keraton ini, termasuk di dalam museum sehingga membuat suasana kurang nyaman. Koleksi Museum Benda Kuno cukup banyak, mulai dari gamelan, gelas, keris, sampai hasil buruan.
Dari Museum Benda Kuno kami menuju ke bangunan utama dari keraton yaitu rumah dari Sultan di Cirebon. Tempat tinggal sultan dibuka untuk umum ketika open house saat Lebaran. Nuansa hijau dan putih mendominasi bagian dalam keraton ini.
Dari sini kami diajak ke bagian belakang menuju sebuah sumur yang airnya tidak pernah habis. Mitosnya air dari sumur ini dapat membuat awet muda. Pastinya gue coba, yang baik-baik dipercaya. Tepat di sebelah sumur terdapat taman yang merupakan miniatur dari Kompleks Gua Sunyaragi.
Hal terakhir yang kami kunjungi di Keraton ini adalah Museum Kereta Barong. Namun karena sedang dalam tahap renovasi, kami hanya bisa melihat ruangan samping museum ini dengan Kereta Barong yang baru. Keunikan kereta aslinya terletak pada sayap Barong yang bisa mengepak.
Nasi Lengko
Sudah lewat dari jam makan siang ketika keluar dari Keraton dan kami langsung menuju nasi lengko yang legendaris di daerah Pagongan. Kembali soal selera untuk rasa makanan khas daerah. Di sini juga menjual tahu gejrot yang juga makanan khas Cirebon. Kedua kalinya gue makan nasi lengko dan tahu gejrot di Cirebon. Nasi lengko menurut gue mirip kayak pecel yang sayurannya 2 macam saja (toge dan kol), kesamaannya pakai bumbu kacang dengan ditaburi kucai dan bawang goreng. Berhubung gue ga doyan toge dan kol, jadinya nasi diguyur bumbu kacang. Lauk tambahan dari nasi lengko berbeda-beda tergantung warung makannya. Sedangkan tahu gejrot rasanya serupa, tahu kulit coklat dengan kuah dari air gula aren dengan cabai dan bawang. Harga standard berkisar belasan ribu.
Kopi Baraja
Sudah semakin sore dan kami memutuskan bergerak ke arah stasiun. Sambil menunggu jam keberangkatan kereta, mampir sebentar di sebuah kedai kopi di sebrang Grage Mall, Kopi Baraja. Sayang sekali, semua kopi origin habis. Gue memutuskan pesan afogato, rasanya standard. Yang menarik dari kedai kopi ini menyediakan congklak dan buku bacaan, Wifi juga cukup oke di sini. Secara keseluruhan, kedai kopi ini cukup nyaman dengan kursi-kursi kayunya dan nuansa berwarna coklat.
Selesai sudah wisata Cirebon kali ini, cerita pada hari pertama di Cirebon bisa dilihat di sini.