Wisata Jakarta – Bertamu ke Rumah Si Pitung di Marunda
Ada apa di sana? Apakah Si Pitung pernah tinggal di sana? Yap, Si Pitung pernah tinggal di sana selama beberapa lama, namun ini bukan rumah dia, melainkan rumah Haji Safrudin yang pernah disinggahi Si Pitung. Haji Safrudin itu sendiri adalah juragan tambak udang di daerah Marunda. Beruntung waktu kami datang, ada guide yang mendampingi, Bapak Sukma Wijaya, beliau yang menceritakan sejarah Rumah Si Pitung ini.
Rumah Si Pitung
Rumah Si Pitung dibangun tahun 1860 dengan mengadopsi gaya rumah masyarakat Bugis yaitu rumah panggung kayu. Yang menarik di ruang tamu adalah lukisan “Penganten Musiman”, dinamakan seperti itu karena pada waktu itu orang-orang banyak yang menikah saat musim panen. Kursi dan sebagian besar perabot di sini sudah replika, bukan asli peninggalan Haji Safrudin, namun bangunan rumah adalah bangunan asli. Ada koper asli yang dulu digunakan oleh Haji Safrudin.
Menurut cerita Pak Sukma, dari sejarah sebenarnya tidak diketahui alasan pasti Si Pitung singgah di rumah ini. Ada 3 kemungkinan, Si Pitung sedang berkunjung ke rumah sahabatnya Haji Safrudin, Si Pitung lari dari kejaran Belanda, atau Si Pitung mau merampok rumah ini. Pitung itu sebenarnya nama organisasi perlawanan penjajah, pituan pitulung yang artinya tujuh orang penolong. Yang paling terkenal karena jago silat adalah Ahmad Nitikusuma yang dikenal sebagai Si Pitung, perampok ulung.
Ruang MakanTidak banyak cerita Si Pitung di sini, namun dia pernah singgah dan namanya terkenal di Jakarta khususnya masyarakat Betawi. Banyak orang yang datang terutama saat hari libur, mereka memiliki sugesti akan kuat seperti Si Pitung jika berkunjung ke sini. Ada juga pelatihan pencak silat di halaman komplek ini di Sabtu siang.
Saat ini Rumah Si Pitung berada di bawah pegelolaan Museum Kebaharian. Cukup membayar Rp 5.000 kalian sudah bisa mendapat pengalaman baru di cagar budaya ini. Pak Sukma dengan senang hati menjelaskan tentang Rumah Si Pitung tanpa mematok biaya, beliau bertugas di sini saat Sabtu dan Minggu, dan bertugas di Museum Bahari saat hari kerja.
Masjid Al-Alam
Masjid Al-Alam
Nah, tidak jauh dari Rumah Si Pitung terdapat salah satu Masjid tertua di Jakarta yang dibangun oleh para wali, yaitu Masjid Al-Alam. Cukup berjalan kaki sekitar 15 menit untuk sampai di sana. Apa yang menarik? Kata Pak Sukma, di sini ada sumur 3 rasa, bisa manis, asin atau asam, tergantung suasana hati orang yang minum. Ini cukup membuat penasaran, kami mencoba ke sana dan ternyata airnya asin. Logikanya sih memang air sumur itu itu asin karena air payau.
Bagian dalam Masjid Al-Alam. Foto oleh Alfian
Perjalanan panjang ke Jakarta Utara hari itu kami selesaikan di pukul 2 siang. Kembali berjalan kaki menuju pemberhentian Bus Trans Jakarta 10A terdekat untuk menuju Halte Enggano.