
Pitu Room Si Hotel Tertipis di Indonesia

Pertama kali tau Pitu Room dari Instagram, bentuknya unik dan gue langsung tertarik buat coba. Gue suka cobain penginapan yang unik, tahun lalu nginap di Aman Griyo Farmhouse. Tahun ini gue coba Pitu Room yang katanya hotel tertipis di Indonesia dan tertipis kedua di dunia. Lebarnya hanya 2.8 meter, panjang 9.5 meter, tinggi 17 meter dan memiliki 5 lantai. Menariknya lagi, bisa lihat 3 gunung sekaligus dari balkonnya, Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran.

Lokasi dan Harga Pitu Room

Pitu Room ada di Salatiga, tepatnya di Jl. Sukowati dan ga jauh dari Alun-Alun Salatiga. Gue berangkat dari Semarang naik DayTrans, lanjut Gocar. Begitu sampai cukup takjub, lebarnya kayak apartemen studio. Ga ada parkiran, ga ada lobi, langsung kafe, tangga, dan langsung kelihatan dapur.

Harga kamar di sini mulai dari 800 ribuan sampai sejutaan, tergantung tanggal dan booking di mana. Gue dapat di harga sejuta dan booking di travel app. Lebih baik booking langsung dari website mereka karena bisa pilih kamar dan cek detailnya. Lumayan mahal untuk ukuran hotel di Salatiga. Gue nginap di sini karena penasaran dan pengen dapetin experience aja, sesempit apa kah hotel tertipis di Indonesia.
Lantai Dasar Pitu Room

Disambut hujan dan mas-mas Pitu Room yang bawain payung. Di lantai dasar ini ada kafe mini atau bisa dibilang coffee shop, toko souvenir, tangga, lift, dan dapur. Compact! Gue suka detailnya dan setiap sudutnya berfungsi, termasuk tempat payung di pintu depan. Gue suka interior di sini dan banyak “tulisan-tulisan menarik”.

Setelah check-in di depan dapur yang sebelahan dengan lift kapsul, gue di-briefing mbak resepsionis cara menggunakan lift kapsulnya. Cuma muat 1 orang dengan bobot maksimal 100 KG. Agak unik, kamar gue di lantai 2 tapi di lift itu setting-nya di lantai 1. Sebenarnya sama seperti lift kapsul pada umumnya, bedanya cuma muat 1 orang saja dan ada di hotel tertipis di Indonesia. Ada opsi naik tangga juga sih, penasaran aja sama lift mini ini.
Kamar Lu di Lantai 2

Sesuai dengan namanya, hotel ini terdiri dari 7 kamar, dimana setiap kamar pemandangannya berbeda. Kamar paling atas, Tu (dari kata pitu yang artinya tujuh) pemandangannya Gunung Merbabu. Gw di kamar nomor 3, Lu, (dari kata telu yang artinya tiga), posisinya di lantai 2, jadi pemandangannya halaman tetangga, too bad. Gue booking dari travel app, jadi ga bisa pilih kamar. Ketika konfirmasi ke hotel setelah booking, yang dari travel app memang dapatnya di lantai bawah.

Begitu masuk, gue suka kamarnya! Compact pastinya dengan fasilitas yang cukup lengkap, luasnya ga lebih dari 3x3m (tbh, gue ga ukur) dengan queen bed. Ada AC, meja lipat, teko listrik-teh-kopi-air mineral, smart TV, speaker dengan alarm, lampu baca, dan diffuser. Cantik banget kamar dengan cat putih dan selimut kuning.

Berasa manis banget kamarnya, sampai gue lihat ada beberapa ekor semut di lantai yang ternyata ada juga di kasur. Sangat disayangkan untuk kebersihan kamar hotel seharga sejuta per malam. Another bad luck, tamu sebelumnya di kamar ini pasang alarm jam 4 pagi dan dibuat berulang. Jadiiii gue kebangun di jam 4 pagi berusaha cari sumber alarm yang ternyata ada di speaker.

Kamar Mandi dengan Peeping Hole


Pitu Room terkenal dengan ketipisannya dan memang “setipis” itu juga kamar mandinya. Luas kamar mandinya kurang lebih 3x toilet di pesawat tapi memanjang, kebayang kan? Begitu masuk ada wastafel, kemudian WC, baru shower. Beberapa kali kepentok tembok waktu mandi. Sampo, sabun, dan body lotion di sini dari Atsiri, gue suka wanginya.

Yang unik tembok sebelah shower ini ada peeping hole, jadi bisa lihat keluar. Lagi-lagi karena gue di lantai 2, pemandangannya halaman tetangga. Kalau di lantai atas bisa lihat Gunung Ungaran. Nah sepertinya, semut-semut di kamar gue ini masuk dari lubang di kamar mandi karena ada beberapa ekor semut lagi di bawah sandal kamar mandi.
Sarapan di Pitu Room

Sarapan di Pitu Room ada pilihan 3 menu: soto, nasi langgi, dan nasi liwet. Gue pilih nasi langgi untuk sarapan di hari kedua. Di hari pertama sarapannya dibungkus karena mau trekking Ungaran jam 6 pagi. Diinfo akan dapat roti, ekspektasi gue 1 sandwich 1 orang, sesuai dengan harga kamar. Ternyata 1 sandwich untuk 1 kamar dengan 2 hot lemon tea, cukup mengecewakan.

Hari kedua, ekspektasi gue cukup tinggi dengan nasi langgi, karena di website mereka tertulis taste like home. Ternyata harus cukup puas dengan nasi langgi di bento box yang rasanya B aja. Untungnya pagi itu cerah, jadi bisa ngerasain breakfast with Merbabu mountain view dari hotel tertipis di Indonesia. Ada opsi lain untuk sarapan, roti dan beberapa selai, itu saja. Di dining room lantai 5 ada snack di toples yang bisa dicoba, enting-enting gepuk dan gula kacang.

Pitu Room Menu

Pagi itu karena ga puas dengan menu sarapannya, gue jalan kaki sekitar hotel dan cari makanan lain, cobain Gudeg Aan dan enak! Berhubung siang itu hujan dan travel balik ke Semarang masih sore, gue lunch di hotel, siapa tau menu makan berbayar enak. Teman gue pesan Mie Pitu dan gue pesan Kroket Opor, kali ini platting ok, tapi ternyata rasanya juga ga sesuai ekspektasi. Gue ga coba kopi atau cake di sana, terlanjur trust issue dengan rasa makanan sebelumnya.
Rekomen Buat Dicoba Ga?
Buat yang mau ngerasain experience menginap di hotel tertipis di Indonesia dengan design unik, ini rekomen banget. Kalau ditanya mau balik lagi ga? Sepertinya gue cukup sekali saja, kan sudah dapat experience-nya.
