City Tour Pangkalan Bun: Istana Kuning dan Kuliner Coto Menggala
Kalau mendengar Pangkalan Bun, apa yang terlintas di pikiran kalian? Pertama kali denger sih gue kepikirannya pangkalan udara hahaha.. Baru setelah gue googling tentang Taman Nasional Tanjung Puting, gue tahu kalau ini adalah kota terdekat menuju Tanjung Puting. Setelah hari pertama eksplor Tanjung Puting –buat kalian yang mau baca cerita lengkap Tanjung Puting di sini– di hari kedua akhir pekan kemarin gue city tour Pangkalan Bun.
Sungai Arut
Sungai Arut, foto kiriman Barnabas jam 6 pagi.
Pangkalan Bun itu ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat yang dilintasi Sungai Arut. Kalau dilihat dari pesawat sebelum mendarat di Bandara Iskandar, Sungai Arut terlihat jelas meliuk-liuk membelah Pangkalan Bun. Uniknya sungai ini tertutup embun ketika masih pagi. Dari Mess Matahari, kalian bisa berjalan kaki ke tepi Sungai Arut ini dan banyak penjual ikan hasil tangkapan dari sungai. Berhubung dapat sarapan dari Mess Matahari dan agak malas gerak pagi itu, gue ga ikut menelusuri tepi Sungai Arut. Beberapa orang dari rombongan gue sempat mencoba nasi kuning dan lontong sayur di tepi Sungai Arut. Yang khas dari lauknya adalah ikan lais yang berasal dari sungai. Kata mereka sih rasa nasi kuningnya biasa aja, tapi pemandangannya yang ga biasa. Kalau pagi, Sungai Arut masih tertutup embun. Uniknya lagi, perkampungan sekitar Sungai Arut dicat berwarna-warni.
Coto Menggala
Setelah mandi dan sarapan di Mess Matahari, sekitar jam 9 pagi itu kami checkout menuju Bundaran Pancasila, ikon Pangkalan Bun. Ga foto, cuma lewat aja karena mau cari Coto Menggala. Penasaran banget kayak apa Coto Menggala (comeng), soto bening khas Pangkalan Bun dengan potongan singkong di dalamnya. Errr dibayangin sih agak aneh ya singkong dicampur kuah soto, tapi pas dimakan ternyata enak! Soto kuah bening dengan potongan singkong, bisa milih mau singkong rebus atau goreng, sepotong ceker, dua iris tipis kikil, dan soun. Di atasnya ada taburan seledri, bawang goreng, dan kerupuk. Mirip sop sih kalau menurut gue. Kami makan coto menggala di Rumah Comeng, ada di deretan ruko, ga jauh dari Bundaran Pancasila, seporsi comeng goreng dihargai Rp 14.000.
Kawal Pangkalan Bun
Setelah kenyang brunch dari comeng kami nyebrang ke Kawal, toko oleh-oleh khas Pangkalan Bun. Toko Kawal menjual kaos dengan gambar orangutan, topi dan rompi dari kulit kayu, batu kecubung ungu Kalimantan, amplang, dan pernak-pernik lainnya. Gue sendiri nyari tas anyaman khas Kalimantan tapi sayangnya ga dijual tetapi bisa memesannya. Toko oleh-oleh di sini juga menarik karena pengunjung boleh berfoto dengan properti yang ada di sini. Nice marketing strategy.
Danau sisa galian di perumahan Pinang Merah
Berhubung pesawat balik siang itu jam 3, sekitar jam 11 siang kami langsung menuju ke danau sisa galian di sebelah Perumahan Pinang Merah. Ga jauh beda kayak danau sisa galian lainnya, airnya berwarna biru kehijauan. Terik banget sih di sana, jadi disarankan bawa topi dan minum kalau mau ke sini. Lokasi ini ga ada di peta, kami diajak ke sini oleh teman di Pangkalan Bun.
Istana Kuning
Destinasi berikutnya adalah Istana Kuning, Istana Kerajaan Kutaringin. Ada empat bangunan utama di Istana Kuning, sayangnya kami tidak bertemu guide, jadi hanya melihat-lihat saja apa yang ada di dalamnya. Didominasi warna kuning hijau, dengan empat buah meriam di depan istananya. Salah satu ruangan berisi foto-foto raja Kerajaan Kutaringin. Yang menarik buat gue di Istana Kuning adalah ukirannya, cantik! Untuk masuk ke sini tiketnya Rp 5.000 dan istana dibuka jam 10 pagi.
Warung Kuning
Oke, pemberhentian terakhir sebelum ke Bandara Iskandar, makan siang di Warung Kuning. Kenapa milih Warung Kuning? Karena direkomendasikan oleh teman yang tinggal di Pangkalan Bun, enak. Menu andalan di sini adalah udang galah capit biru, ikan lais, dan sayur asam. Menariknya lagi, ada macam-macam sambal di sini, favorit gue tetap sambal terasi, sambal terong asamnya unik dan enak juga. Dari sekian banyak makanan yang kami pesan, yang baru banget gue coba itu adalah tebu telur, teksturnya unik seperti telur ikan tapi bentuknya seperti batang tebu. Tebu telur ini ada di sayur asam dan sayur katuk. Sayur asam di sini beda dengan Jakarta yes, karena kuahnya kuning segar dengan isi berupa ikan, nanas, dan tebu telur. Kami membayar Rp 870.000 untuk makan sepuluh orang.
Kue Bingka
Dan persis di sebrang warung makan ini terdapat toko yang menjual kue bingka. Enak! Gue suka tekstur kuenya lembut dan aromanya wangi. Harga seloyangnya Rp 30.000. Ada macam-macam rasanya, original pandan, keju, dan coklat. Untuk pertama kali sih gue biasanya akan coba yang original.