Taman Wisata Laut Bunaken, Siladen, dan Nain.
Setelah dari Tomohon, malam itu kami menuju ke Manado dan menginap di JLE Hotel yang terletak di tengah kota. Tidak sulit untuk mencari makan malam di Manado, malam itu kami memutuskan makan seafood di Boulevard, Rp 292.000 untuk berlima. Selain ikan bakar kecap dan cumi goreng tepung, kami memesan cumi bumbu woku, masakan khas Manado dengan bumbu kuning. Pastinya tujuan utama ke Manado adalah Bunaken, taman wisata laut yang populer dari pelajaran Geografi zaman SD.
Pagi itu kami harus berkumpul di Boulevard pukul 08.00 untuk island hoping ke Bunaken dengan menggunakan open trip. Murah sih, seorang hanya membayar Rp 200.000. Dengan harga yang murah itu, jangan berharap banyak, koordinatornya ga ramah juga. Harga itu ga termasuk sewa peralatan snorkeling, tapi dapat sarapan nasi kuning khas Manado, makan siang, dan sebotol minuman dingin. Harga sewa peralatan snorkeling 1 set full termasuk wet suit Rp 100.000 kalau mau sewa, untungnya gue bawa peralatan sendiri. Kapalnya cukup oke dengan sebuah toilet.
Langit cerah pagi itu, tapi di perjalanan menuju ke Pulau Siladen, pulau pertama yang kami kunjungi sempat mendung. Sekitar 1.5 jam perjalanan ke Siladen, ombaknya cukup tenang, bisa tidur di kapal. Ga lama sih kami menghabiskan waktu di Siladen, kurang dari 30 menit. Ada beberapa warung dan di situ kami memesan kelapa muda dan kopi. Selebihnya penginapan dan rumah warga. Gue ga melihat ada spot menarik di sini, seperti pantai pada umumnya.
Gerimis. Perjalanan ke spot berikutnya diawali dengan gerimis dan hujan, tapi cuma sebentar, kemudian langit tiba-tiba cerah, bahkan panas terik. Kami menuju ke Pulau Nain. Gue suka pulau ini. Kalau pulau pasir di tempat lain cuma ada 1 atau 2, di sini ada banyak pulau pasir ketika air laut surut. Yang iconic sih karena ada Gunung Manado Tua jauh di ujung sana. Lumayan lama kami menghabiskan waktu di sini, mulai dari lari-lari, main air, foto gaya normal, sampai pose-pose favorit masing-masing. Di sini panas banget! Kalau kalian mau tanning, dijamin berhasil ketika cerah. Kapal ga bisa sampai di pulau ini, jadi kami turun dari kapal, naik sampan untuk ke pulau ini.
Kami makan siang di kapal, lauknya standard tapi enak, nasi dengan ikan bakar. Perjalanan berikutnya menuju ke Bunaken. Ini kali pertama gue ke Bunaken. Waktu SD sih, gue denger Bunaken kayaknya wah banget yang menyebabkan ekspektasi gue terlalu tinggi untuk Bunaken. Turun dari kapal, yang gue liat adalah karang bleaching, putih semua, ga ada indah-indahnya. Ikannya sih warna-warni, tapi jauh dari ekspektasi gue tentang Bunaken. Mungkin ada spot lain yang lebih oke, tapi kebetulan kami dibawanya ke sini, karena si bapak kapal berekspektasi kalau semuanya baru belajar snorkeling. Daripada merusak karang, jadilah dibawa ke perairan dangkal dengan karang bleaching, dan sebagian besar sih puas foto ala-ala di antara ikan.
Di Bunaken sudah banyak warung makan, jadi sore itu setelah snorkeling, bisa jajan di situ dengan menu mie instan dan pisang goroho. Buat kalian yang mau ke Bunaken, bisa kontak orang lokal di sana, storyteller IAZ, yaitu Pak Rudolf.