Jembatan Ampera Indonesia A-Z
TRAVEL STORY

A untuk Ampera!

Tentu saja ini bukan nama rumah makan atau nama jalan lokasi kantor gue saat ini. Ampera yang dimaksud adalah Jembatan Ampera di Palembang, Sumatra Selatan. Hm.. Dari sekian banyak destinasi yang berawalan A di Indonesia, kenapa pilih Ampera?

Ampera dan Sungai Musi Indonesia A-Z
Ampera dan Sungai Musi waktu siang. Foto: Larissa

Karena Jembatan Ampera unik (menurut gue), bagus dilihat kalau malam, tapi bikin stres kalau siang-siang kejebak macet di sana apalagi pas terik. Kuliner di Palembang enak banget, cocok buat yang mau wisata kuliner. Selain itu, pernah menghabiskan waktu 3 bulan hidup gue di sana, dan beberapa tahun setelahnya sengaja kembali ke sana untuk weekend getaway. Jadi Ampera di sini sebagai ikon dari kota Palembang.

Weekend Getaway di Palembang

Warung Apung Indonesia A-Z
Warung Apung di Ampera

Weekend ngabur bentar ke Palembang, kenapa ga? Bisa wisata kuliner, religi, dan budaya dalam 3 hari 2 malam, cek itinerary Palembang di sini.

Untuk menuju ke Ampera dari Jakarta, bisa menggunakan penerbangan ke Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang. Dari bandara naik LRT dan turun di Stasiun LRT Ampera atau bisa menggunakan transportasi online.

Udah jauh-jauh nyebrang pulau dari Jakarta, pastinya sekalian eksplor tempat-tempat menarik di sekitar Ampera. Ada beberapa destinasi yang sudah gue masukin daftar must visit.

Al Quran Al-Akbar

Al Quran Raksasa Palembang Indonesia A-Z
Al-Quran Al-Akbar. Foto: Larissa

Karena jaraknya dari Ampera sekitar 10 KM dan mau menghemat waktu, kami menggunakan Gocar. Tempat ini terbuka untuk umum dan di pintu masuk ada tempat peminjaman hijab. Hijab wajib digunakan selama berada di dalam. Ada guide yang menceritakan sejarah Al-Quran raksasa, yang ternyata berasal dari mimpi yang diwujudkan. Bagus dan megah banget! Kaligrafi dipahat di kayu trembesi dengan cat berwarna emas dan latarnya berwarna gelap.

Rumah Limas di Uang Rp 10.000

Rumah Limas Palembang Indonesia A-Z
Rumah Limas di Museum Balaputradewa

Pernah ga mengamati foto-foto di uang kertas. Ini menarik perhatian gue, uang kertas Rp 10.000. Setelah mencari informasi, ternyata foto rumah limas (rumah tradisional Sumatra Selatan) ini berada di bagian belakang Museum Balaputradewa. Seperti museum pada umumnya kalau ga ada karyawisata sekolah (kecuali Museum Macan), sepi. Beruntung karena ada guide yang memandu kami keliling museum. Koleksinya dari zaman pra sejarah, peninggalan Kerajaan Sriwijaya, dan beberapa replika prasasti. Beberapa koleksi cukup berdebu. Selain rumah limas, yang menarik di sini adalah ukiran kayunya mulai dari bagian depan museum sampai di dalam rumah limas.

Pulau Kemaro

Pulau Kemaro Palembang Indonesia A-Z
Pulau Kemaro. Foto: Larissa

Akhirnya kesampean juga ke Pulau Kemaro, karena penasaran. Di sini ada sebuah kelenteng yang ternyata tutup, sayang sekali…. Lumayan perjuangan untuk sampai ke sini karena menyusuri Sungai Musi dengan kapal sekitar 1 jam-an, panas banget, dan kecipratan air sungai yang coklat. Jadi disarankan bawa tisu basah dan kipas. Harga sewa 1 kapal Rp 200.000, lagi-lagi karena menghemat waktu jadi sewa kapal cuma berdua. Pemandangan sepanjang perjalanan pergi itu pabrik pupuk di sebelah kiri dan rumah penduduk di sebelah kanan. Hm.. gersang.

Kampung Kapitan

Kampung Kapitan Palembang Indonesia A-Z
Kampung Kapitan. Foto: Larissa

Dari Pulau Kemaro, kapal berhenti di Dermaga 7 Ulu yang tidak jauh dari Kampung Kapitan. Menyusuri perkampungan dengan berjalan kaki dan akhirnya sampai di sini. Nama Kapitan diambil dari Tjoa Ham Him yang diberi pangkat Kapitan oleh Belanda.

Dulunya adalah kawasan tempat tinggal warga Tionghoa pertama dan sekarang dijadikan cagar budaya dengan 2 bangunan yang tersisa. 2 bangunan itu adalah rumah kayu dan rumah batu yang usianya sudah 400 tahun. Saat ini masih ditinggali oleh keturunan marga Tjoa, Pak Mulyadi. Daya tarik lain Kampung Kapitan, di sini bisa baca Ciam Si, ramalah yang melalui kocokan bambu di meja altar. Kalau ada kesempatan baca Ciam Si, gue selalu coba haha..

Kampung Arab Al-Munawar

Kampung Al-Munawar Indonesia A-Z
Kampung Al-Munawar

Kenapa dinamakan Kampung Arab? Karena di sini dulunya bermukim komunitas warga Timur Tengah. Nama kampung ini berasal dari Habib Hasan Abdurrahman Al-Munawwar, salah satu pemimpin di daerah ini.

Yang menarik adalah bangunan-bangunan di sini berwarna cerah dan ada rumah yang berusia 200 tahun namun masih berdiri kokoh. Untuk menuju ke sini ada 2 cara, lewat darat dan lewat sungai. Ya Sungai Musi, jadi naik kapal kemudian turun di dermaga Kampung Al-Munawar.

Peraturan di sini cukup ketat, kalau bukan muhrim tidak boleh foto berdekatan atau bergandengan tangan. Pakaian pun harus sopan, jadi kalau memakai celana pendek, akan dipinjami sarung.

Selain yang gue ceritakan di atas, sempat mampir juga ke Masjid Cheng Ho dan Kelenteng Chandra Nadi.

Lemak Nian!

Cover kuliner Palembang Indonesia A-Z
Kuliner Palembang

Ini yang ga boleh dilewatkan kalau ke Palembang. 12 kuliner Palembang yang lemak nian (enak banget)! Mulai dari pempek, mie celor, kemplang, pindang, sampai maksuba. Yang wajib dikunjungi itu Pasar 16 Ilir, karena bisa beli pempek, mie celor, dan kemplang. Harga pempek mulai dari Rp 1.000, murah banget? Ya pempek dos, atau pempek tanpa ikan.

Paling suka pempek merk apa, Ren? Pempek panggang suka di Saga. Pempek kulit suka di Beringin dan Vico, pempek kulit kipas favorit gue itu di Winda. Celimpungan suka di Selamat (dan ini udah ada di Kemang, yeay!!)

Penginapan di Palembang

Nginap dimana? Banyak banget hotel di sekitar Ampera, terakhir kali gue ke sana nginap di tempat teman yang kebetulan lagi dinas di Palembang. Ga sulit cari penginapan di sana, sudah banyak, tinggal disesuaikan daerahnya, lebih baik yang ga terlalu jauh dari rute LRT.

Beberapa tempat masih ditutup karena dampak covid, ada juga yang sudah buka. Yang jelas, harus diperhatikan protokol kesehatan selama berkunjung. Beruntung bisa eksplor Palembang sebelum si covid datang.

Berikutnya di Indonesia A-Z, destinasi dengan awalan huruf B….