Benculuk, Blue Fire Ijen, dan Baluran dari Banyuwangi.
Kontributor: Florentina Woro
Kalau A untuk Ampera, dari Sumatra Selatan kita menuju ke Jawa Timur.
Blue Fire Ijen dan Baluran, 2 tujuan utama ke Banyuwangi yang bisa dijangkau melalui Bandara Blimbingsari, Banyuwangi. Berhubung cuma punya waktu weekend dan menghindari cuti, kami memaksimalkan 2 hari 1 malam di Banyuwangi. Cek itinerary-nya di sini. Puas emangnya liburan 2 hari 1 malam? Puas, tapi mesti siap fisik dan mental. Kali ini gue jalan bareng teman kantor dan ini bukan kali pertama, sebelumnya pernah weekend getaway bareng mereka ke Papandayan.
Pesawat jam 6 pagi dari Jakarta menuju Bandara Blimbingsari di Banyuwangi. Begitu sampai di Bandara, Mas Oim, driver kami selama di Banyuwangi sudah menunggu. Mas Oim (081274322100) ini rekomen banget, dia salah satu partner dari Mas Rahmat (081913914231) untuk rental mobil di Banyuwangi.
Tujuan pertama adalah Djawatan Benculuk, sepanjang perjalanan pemandangannya sawah. Karena berenam ditambah driver, jadi di mobil duduknya formasi 2 3 2, agak ngepas ya tapi happy.
Djawatan Benculuk
Ga susah cari tempat ini karena letaknya di pinggir jalan. Biaya masuk di sini Rp 5.000/orang. Enak buat piknik karena hijau dan rimbun. Buat yang suka foto, biasanya bakal suka. Tempat ini unik, berasa di dunia Avatar, pohon-pohon besar rindang dengan tanaman merambat di batang pohon. Hijau banget! Menurut gue, spot oke ada di bagian belakang, ya kadang emang mesti antri sih buat foto di sini. Kalau males jalan, bisa juga naik delman untuk keliling Djawatan Benculuk ini. Sekitar satu jam-an ngadem di Benculuk, jalan agak ke belakang, dan foto-foto.
Dari Djawatan menuju ke arah selatan, mantai. Niatnya mau makan siang di perjalanan menuju pantai, tapi ternyata ga nemu warung makan yang cocok. Agak picky ya, lagi pengen makan ikan bakar haha..
Pantai Mustika
Tujuan utama sebenarnya Pantai Pulau Merah, tapi berhubung di sana ga ada warung makan yang buka, reroute ke Pantai Mustika. Beruntung pantainya sepi, ya mungkin karena siang panas juga, tapi banyak warung makan yang buka. Banyak pondok-pondok dan payung di tepi pantai, jadi kalau sore cocok banget buat nyantai. Dari tempat parkir, kami jalan cepat karena panas menuju warung makan terdekat, yaitu Warung Mina Segara. Di sini bisa pesan es kelapa, the best! Panas-panas di pinggir pantai minum es kelapa (Rp 10.000) sambil nunggu makanan matang. Bisa numpang charge HP juga di warung ini.
Warung Mina Segara
Rekomen banget warung makan ini, yang punya warung ramah, namanya Pak Atim, bisa disimpan nomornya di foto itu barangkali nanti mau mampir. Kami memilih sendiri ikan dan cumi yang mau dimasak, ditawarkan dengan harga per kilo. Untuk berenam, memesan cumi seharga Rp 100.000 dan ikan kakap merah seharga Rp 150.000. Ini harga Oktober 2019.
Gue sangat merekomendasikan cumi goreng tepung di sini, enak banget! Sebagian lagi cumi dimasak asam manis. Nah, ikan kakap merahnya dibakar. Dihidangkan dengan sambal dan lalap. Juara! Daging ikan kakapnya tebel banget, bisa lihat di foto, sepintas mirip iga bakar. Ini warung makan seafood pinggir pantai terenak dan termurah selama gue trip. Makan kenyang dan enak sampe “kenyang bego” rasanya.
Perut kenyang, hati senang, waktunya eksplor destinasi berikutnya, Pantai Wedi Ireng, salah satu destinasi wisata di Banyuwangi. Kami membayar tiket perahu PP Rp 50.000 untuk menuju Pantai Wedi Ireng. Makin sore ombaknya makin gede, tapi sayang kalau ga lanjut ke sana, masih jam 3 sore dan udah jauh-jauh ke selatan. Pak Atim, pemilik Warung Mina Segara baik banget, memberikan plastik untuk membungkus peralatan elektronik kami, biar aman katanya.
Pantai Wedi Ireng
Ombaknya lumayan gede, berangin, dan agak mendung. Setelah terombang-ambing, 30 menit kemudian sampe di Pantai Wedi Ireng. Dinamakan Wedi Ireng karena sebagian pasirnya hitam dan dulunya memang hitam, tapi sekarang sudah tercampur dengan pasir dari pulau sekitar. Ada laguna dan teluk di sebelah kiri pantai, ini oke banget, bisa untuk bersantai. Ada toilet, gazebo, ayunan, dan beberapa spot yang memang sudah dirapihkan untuk berfoto. Sayangnya ga dapat sunset sore itu, kami kembali ke Pantai Mustika sebelum gelap. Sepanjang perjalanan melewati beberapa pulau, salah satunya memiliki gua yang belum dieksplor. Dari sini kelihatan juga Pulau Merah dan pulau sebelahnya yang merupakan tambang emas.
Warung Mbok Har
Warung prasmanan Jawa Timur pada umumnya dengan sambal tempong yang kami lewati di perjalanan ke Ijen. Ada satu menu yang paling menarik menurut gue, pepes tawon. Ini pertama kalinya gue coba (dan mungkin terakhir) pepes tawon. Bentuknya ga begitu bagus, tapi rasanya ga seaneh bentuknya. Teksturnya kayak otak ayam, mirip banget. Harganya? Rp 5.000 saja. Kalau ditanya mau coba lagi atau ga, gue pilih makanan lain aja, jadi coba sekali aja cukup buat gue. Untuk referensi kuliner Banyuwangi lainnya bisa dilihat di sini.
Ijen
Tujuan utama ke Ijen adalah lihat blue fire, tapi untung-untungan memang tergantung cuaca. Blue fire akan terlihat di pukul 2 sampai 4 pagi dan pendakian Ijen dibuka jam 1 pagi. Kami menginap tidak jauh dari stasiun Banyuwangi, di penginapan Mas Rahmat. Awalnya gue pikir pendakian Ijen semacam pendakian cantik, salah banget karena nanjak tengah di Ijen super dingin.
Pendakian dimulai jam 1 pagi dan kami baru sampai di pertigaan menuju blue fire pukul 3.30. Cukup padat pendakian malam itu, mungkin karena berbarengan dengan event Gandrung Sewu. Sepanjang jalan banyak taksi gerobak, harga naik lebih mahal dibanding harga turun. Infonya, naik itu Rp 600.000 dan turun Rp 200.000, tapi kalau turunnya sudah setengah jalan didiskon hanya membayar Rp 50.000.
Karena waktunya terlalu mepet, gue memutuskan ga turun lihat blue fire dan lebih memilih sunrise di puncak yang kayaknya bagus. Berasa ada yang kurang ketika ke Ijen tapi ga lihat blue fire. Pas nanjak menuju puncak, tiba-tiba ada “artificial blue fire”. Lebih tepatnya belerang dibakar dan menghasilkan api biru, baunya pun sama persis dengan bau belerang di kawah. Hahaha, jadi ya sudahlah, harus cukup puas dengan lihat api biru ini beberapa menit. Kami lanjut ke puncak, perjalanan makin dingin dan berangin.
Gue salah kostum. Kesalahan utama naik Ijen kemarin adalah tanpa sarung tangan. Kesalahan kedua, ke puncak tanpa bawa minum. Rasanya mau beku. Sekitar jam 5 pagi, akhirnya sunrise dan ga kecewa karena pagi itu cerah. Udara di sini masih tetap dingin sampai sekitar jam 6. Warna kawah Ijen terlihat jelas setelah matahari terbit.
Banyak penambang belerang yang menjual belerang untuk sovenir, tapi yang harus diingat, belerang tidak boleh dibawa ke dalam pesawat. Harga belerang bervariasi, mulai dari Rp 10.000 sampai Rp 100.000. Mahal karena ada miniatur keranjang dari bambu, persis seperti yang digunakan penambang belerang.
Disarankan untuk tidak menawar terlalu rendah jika mau membeli belerang ini. Coba bayangin kalau harus menambang belerang di pinggir kawah dan memanggul ke atas, kemudian dipahat dan dibentuk untuk dijual.
Dari Ijen kami mampir di Warung Makan Mbok Nah yang terkenal dengan Sambal Tempongnya. Jujur gue ga bisa bedain sambal tempong yang satu dengan yang lainnya. Menurut gue sama aja rasa semua sambal tempong.
Baluran
Panas dan gersang, kesan pertama ketika memasuki area Baluran setelah membayar tiket masuk Rp 15.000/orang. Seperti itu pemandangan Baluran di bulan Oktober, masih coklat. Berhubung siang hari, terik banget, cuma ada 4 rusa melintas dan beberapa ekor monyet di bawah.
Males banget keluar dari mobil rasanya. Di dalam mobil pake AC aja masih berasa panas, apalagi di luar. Tapi karena udah sampai di sini, baiklah keluar sebentar. Spot wajib yang biasanya didatangi di Baluran adalah Savana Bekol. Sangat disarankan membawa sunblock dan topi kalau datang di siang hari.
Landscape di sini mengingatkan gue dengan Puru Kambera di Sumba, jalanan beraspal dengan padang sabana di kiri dan kanan tapi ga ada kuda liar dan pantai yang kelihatan. Kalau dilanjutkan perjalanannya, ini adalah jalan menuju Pantai Bama. Berhubung waktu terbatas, penerbangan balik ke Jakarta sore itu, kami tidak ke pantai dan langsung kembali ke kota.
Berikutnya di Indonesia A-Z, destinasi dengan awalan huruf C….