Arti Motif Tenun Sumba Timur
Kontributor: Yudi Umbu Rawambaku
Berbicara soal Sumba, selain padang sabana dan kuda, Sumba juga terkenal dengan tenun ikatnya. Tenun ikat dengan beragam corak, bahan, dan ukuran bisa ditemukan di berbagai tempat di Sumba TImur, mulai dari perkampungan adat, pengrajin tenun, sampai di taman kota Waingapu. Kami memiliki story teller di Sumba Timur yang dapat mengantar kalian melihat langsung dan membeli tenun ikat ini.
Indonesia A-Z bekerja sama dengan staff Pemasaran Dinas Pariwisata Sumba Timur, Bapak Yudi Umbu Rawambaku untuk memperkenalkan beberapa motif / corak tenun ikat di Sumba Timur.
Corak Ular
Ular Naga tidak terdapat di Sumba, merupakan corak asli masyarakat China. Dikenal melalui guci-guci yang masuk ke wilayah Sumba. Corak ular naga merupakan bukti bahwa pada masa lampau telah ada interaksi.dagang dengan masyarakat Tiongkok/China yang membawa keramik porselin berupa piring, guci, mangkok dan lain-lain untuk ditukarkan dengan kayu cendana. Ungkapan ular naga dalam bahasa sastra Sumba, tidak ditemukan.
Corak Gajah
Gajah tidak terdapat di Sumba dan dijadikan Corak.dalam Kain Tenun Ikat menunjukkan bukti bahwa pada masa.lampau telah ada interaksi dagang dengan dunia luar yang mengekspor gading ke Sumba. Sampai sekarang raja-raja atau bangsawan tertentu di Sumba Timur masih memiliki gading batangan dan gelang gading masih merupakan bagian dari isi “mbola ngandi” (wadah terbuat dari daun siwalan yang berisi kain, sarung, gelang gading, muti salak atau manik-manik, pisau) yang harus dibawa oleh penganting perempuan dari rumah orang tuanya. Ungkapan sastra adat Sumba tentang Gajah tidak ditemukan.
Corak Singa / Mahang
Corak Singa (Mahang) merupakan pengaruh gaya Renaissance di Eropa dari masa Raja Hendry III pada pertengahan abad XVI, masuk ke Indonesia melalui kebudayaan Hindu. Ungkapan tentang Singa (Mahang) dalam bahasa sastra adat Sumba, tidak ditemukan, hal ini membuktikan di Sumba Timur, Sumba umumnya tidak terdapat Singa. Dijadikan corak dalam tenun ikat Sumba Timur, menunjukkan bahwa sekak dahulu masyarakat sumba telah mengenal hubungan dengan dunia luar. Corak atau bentuk ini ditiru dari gambar pada uang Belanda (Mahang Appa Uki).
Corak Udang
Udang adalah binatang yang hidup di air dan memiliki kebiasaan berjalan beriring-iringan dan sifat ini menarik perhatian alam pikiran orang Sumba seperti terungkap dalam sastra adat : Kura Angu Kudu, Karongu Angu Londa artinya Udang kawan berpundak, Kepiting teman bergandeng. Ungkapan ini melambangkan persaudaraan, persatuan dan kekuatan.
Corak Udang juga melambangkan kepercayaan leluhur orang Sumba bahwa di balik kematian ada kehidupan baru atau pengharapan akan hidup kekal atau ada perubahan kehidupan yang berbeda dari kehidupan sekarang. Hal ini terungkap dalam bahasa sastra adat yaitu Njulu La Kura Luku, Halubu La Mandu Mara artinya Menjelma Seperti Udang, Mengelupas Seperti Ular Darat.
Dalam bahasa Adat, kata Udang selalu digandeng dengan kata Kepiting karena kalau kepiting jika berjalan mirip dengan Udang selalu beriring-iringan. Corak Udang dan Kepiting juga melambangkan Pemimpin yang sikap dan perilakunya matang atau dewasa, terungkap dalam bahasa sastra adat : Kura Miti Ndolu, Karungu Rara Kaba artinya Udang Hitam Jepitan, Kepiting Merah Kulit/Tempurung.
Corak Udang yang digandeng dengan Ikan, melambangkan sifat manusia yang kata dan perbuatannya tidak sesuai, seperti ungkapan bahasa Adat yaitu Kura Laku Dalungu, Kambuku Lindi Pinungu artinya udang berjalan bagian bawah/dasar, ikan berenang di permukaan.
Seperti itu gambaran tenun ikat Sumba Timur yang dijabarkan Pak Yudi, Jika tertarik tentang tenun ikat Sumba Timur, mau tahu lebih detail, bisa menghubungi beliau melalui Facebook: http://bit.ly/2mpRI5v