
Tektok Gunung Sumbing via Garung 10 Jam
Setelah bulan Januari kemarin ke Sindoro, kali ini bertamu ke tetangga sebrang, Sumbing. Judulnya trekking ceria, bukan trail run, jadi jalan cepat naik turun, dan cobain ojeknya yang hits itu. Di jalur pendakian terlihat jelas Gunung Sindoro dan deretan gunung lainnya.

Jakarta – Wonosobo: Sleeper Bus Sinar Jaya
Sabtu 10 Mei 2025 naik sleeper bus Sinar Jaya dari Terminal Kampung Rambutan ke Terminal Mendolo. Harga tiket lewat agen Sinar Jaya itu Rp270.000, kalau lewat Traveloka Rp285.000. Kali ini coba duduk di seat atas dan coba toiletnya, agak ribet ya turun naiknya dan AC bus dekat kepala (ada tirai sih). Toilet standar dan sempit kayak di pesawat, tapi ga sebersih pesawat. Dapat makan malam nasi padang prasmanan, sekitar jam 10 malam.
Terminal Mendolo
Sampai di Terminal Mendolo sekitar jam 5, sarapan di Warung Mbak Widi (samping agen Sinarjaya lama) sambil nunggu dijemput Pak Abud. Teh manis, 2 telur kecap dan tempe/tahu kemul buat sarapan. Ada menu nasi rames dan ga jauh dari sini ada juga kamar mandi dan WC. Tips: sebelum berangkat, gue udah janjian dengan Pak Abud untuk dijemput jam 6 pagi di terminal, jadi pas datang ga ribet cari transport ke BC. Harga antar jemput per orang itu Rp25.000 sekali jalan (Mei 2025) dengan Grand Max, berhubung gue bertiga dan mau muter Wonosobo dulu cari sarapan yang agak berat, gue setuju dengan harga sewa pergi Rp200.000 dan pulang Rp100.000. Ga beda jauh dengan harga sewa motor dan menurut gue lebih aman kalau tiba-tiba hujan dan lebih nyaman.
Indomaret Kapencar

Dari Terminal Mendolo, ngantar 1 orang dulu ke BC Sindoro, kemudian mampir di Indomaret Kapencar yang hits! Epic banget karena background Gunung Sindoro persis di belakang Indomaret ini. Tips: datang sebelum jam 8 pagi (kalau cerah), Gunung Sindoro masih terlihat jelas. Setelah beli beberapa keperluan, kami balik ke Wonosobo sarapan Lontong Tetel karena pagi itu mie ongklok belum buka. Lontong Tetel mirip soto santan dengan isi daging dan lontong, ada gorengan dan sate-satean, seorang sekitar 20 ribuan termasuk minum.

Sikembang dan Kopi Suryatji Kledung

Dari Lontong Tetel, mampir di kaki Gunung Kembang, kalau cerah di sini ada spot yang cantik banget dimana kiri kanannya itu Gunung Sindoro dan Sumbing. Sayangnya berawan sekitar jam 9 pagi itu, sebenarnya bisa tektok ke Gunung Kembang atau Gunung Cilik sambil mengisi waktu untuk pemanasan, tapi harus mulai dari pagi, oke next time. 2 tahun lalu pernah nginap di Glamping Sikembang, perjalanan balik dari Wonosobo, rekomen banget karena buka tenda pemandangannya langsung Gunung Kembang dan Gunung Sindoro.
Berhubung masih pagi dan ga ada rencana apapun selain istirahat, kami makan siang dan ngopi di Warung Makan & Kopi Surjatji Kledung dari jam 10 pagi yang masih cerah berawan sampai jam 3 sore yang sudah mulai hujan. Gue suka banget warung ini, nyaman, WC bersih, ada wifi dan bisa nge-charge, kopi dan makanannya enak, paling rekomen tape bakar, best! Ada menu yang jarang ditemui di warung kopi lain, nasi jagung, dan bisa cobain kopi dengan beans lokal. Kalau cerah dari depan warung terlihat jelas Gunung Sindoro dan belakang warung Gunung Sumbing, apalagi dari lantai paling atas.
Base Camp Garung dan Warung Mbah Rukun
Kenapa milih jam 3 sore ke Warung Mbah Rukun? Pertimbangan gue adalah waktu dan tempat istirahat. BC Garung pasti penuh kalau long weekend, jadi kami milih Warung Mbah Rukun, waktu ke Sindoro via Kledung juga menginap di sini. Pilih jam 3 sore karena sebagian rombongan Open Trip (OT) sudah siap-siap pulang, jadi ga terlalu ramai. Mandi dan makan malam di sini, orek tempenya medok, telur dadar lembut dan kerupuk putihnya wangi ada daun-daunnya. Tidur cepat malam itu, sekitar jam 9 malam setelah Mas Away, guide kami datang dari Salatiga dan mengurus Simaksi, Rp35.000/orang. Untuk tektok wajib membawa nasi bungkus. Sebelum tidur, semua perlengkapan sudah gue siapkan: hiking boots, legging compression (supaya lebih fleksibel, aman, dan cepat kering), running vest (walaupun ga lari) karena lebih ringan dari daypack, dan headlamp.
Ojek Setan Gunung Sumbing

Gue bangun terakhir, jam 1-an, dengan modal teh manis pagi itu mulai nyiapin mental naik ojek yang katanya Ojek Setan (Rp50.000/orang). Kenapa disebut Ojek Setan? Karena motor sudah dimodif, penumpang duduk di depan, dan medannya batu menanjak, doa aja kalau naik ojek gini. Ternyata ojek naik ga ada apa-apanya dibanding ojek waktu turun 🙁
Perjalanan ke Puncak

Di jalur Garung, ada 4 pos, kemudian Lembah Edelweis, Batu Belah, puncak. Turun dari ojek di Pos 1 dan mulai pendakian sekitar 02.30, cukup cerah dan ga terlalu berangin pagi itu, Gunung Sindoro terlihat jelas dari Pengkolan 9. Sepanjang jalan, gue minum seteguk per 20 menit, menjaga hidrasi, belajar dari pengalaman pendakian sebelum-sebelumnya terutama EBC. Istirahat cukup lama di warung di Camp Area 1 sekitar jam 5, kami sarapan protein bar. Di sini mulai terang dan jalur makin menanjak. Susah buat ga nengok ke belakang karena Sindoro dan deretan gunung lain terlihat jelas, bahkan Gunung Ciremai.

Medan berganti dari tanah akar menjadi tanah batu dan lebih curam, akhirnya sekitar jam 8 pagi sampai di Batu Belah. Di sini sarapan nasi bungkus dan istirahat sekitar 30 menit. Tips: gue akan istirahat sekitar 10-15 menit setelah makan berat sebelum mulai jalan lagi, supaya ga mual.
3 Puncak Gunung Sumbing

50 menit jalan santai dari Batu Belah kami sampai di Puncak Kekawah, pukul 8.50, dari sini terlihat jelas kawah mati dan kawah aktif, juga terlihat “Batu Singa atau Batu Kingkong” di sisi kiri. Istirahat sebentar sebelum melanjutkan ke 2 puncak lainnya yang sejalur. Gunung Sumbing punya 3 puncak, Puncak Kekawah, Puncak Sejati, dan Puncak Rajawali.


Begitu melihat antrian Puncak Rajawali, kami memutuskan ga lanjut ke Puncak Rajawali, hanya sampai Puncak Sejati, padat merayap. Jalurnya sempit dan hari itu banyak yang naik karena long weekend. Dari Puncak Kekawah ke Puncak Sejati ada jalur vertical yang menggunakan tali, antrinya sekitar 20 menit untuk sekali lewat. Jadi perjalanan Gunung Sumbing kali ini sampai di Puncak Sejati.

Perjalanan Turun

Paling lambat jam 10 harus sudah turun dari puncak karena bus kami ke Jakarta jam 4 sore, supaya ada cukup waktu untuk bersih-bersih dan makan siang. Kalau perjalanan naik sekitar 6.5 jam, perjalanan turun sekitar 3.5 jam, dengan sekali istirahat lama di Camp Area 1 untuk beli air. Ada sinyal di beberapa titik sepanjang jalur Garung ini. Begitu dapat sinyal dan gue dapat berita yang harus diselesaikan dengan internet, gue memutuskan naik ojek dari Pos 2 sampai BC, Rp100.000.
Dalam kondisi normal gue milih jalan dari Pos 2 ke Pos 1 karena jalurnya lebih mengerikan dari tanjakan BC ke Pos 1. 90% perjalanan gue merem karena jalur ojek ini adalah jalur evakuasi sebenarnya, berupa tanah dan batu lewat hutan yang lebarnya selebar ban motor. Motor yang dipakai juga berbeda dari Pos 2 ke Pos 1, jadi ganti ojek di Pos 1, dan di turunan duduk di belakang.
Kalau ditanya mau lagi ga ke Gunung Sumbing? Mau, karena mau ke Puncak Rajawali, tapiii ga dalam waktu dekat dan mungkin bisa coba jalur lainnya. Ada banyak jalur Gunung Sumbing, bisa dengar di Podcast Untold Travel Story bareng Mas Away.